God Bless King Edward Van Halen



    Van Halen sangat terkenal di Indonesia. SANGAT terkenal. Fans VH di Indonesia jumlahnya dapat mencapai jutaan. Lebih dari itu, kami bukan hanya fans, bagi kami Van Halen adalah cerminan dari jati diri kami masing2.

Lagu2 Van Halen ketika era David Lee Roth begitu jenaka, sangat mentah dan pure rock n roll. Dengar saja “Ain’t Talking ‘Bout Love” seorang drummer seperti Alex Van Halen seperti tidak mempedulikan etika sound drum modern ketika itu, namun permainannya tetap canggih.

Masalahnya bunyi bass Michael Anthony terdengar sangat kampungan, maksud gw bener2 kampungan. Seperti suara bass Yamaha yang dibeli di toko olahraga dan yang ia lakukan hanya “Tong tong tong tong” begitulah kira2 bunyi bass Jack Danielsnya bukan “dm dm dm dm”. Ketika itu Michael Anthony kerap menjadi bahan celaan anak2 band 90an karena permainannya tidak sebanding dengan Billy Sheehan-nya Mr. Big ataupun John Myung dari Dream Theater.

Namun untungnya permainan kurang canggih Michael Anthony dapat diselamatkan oleh vokal maut David Lee Roth dan terutama adalah bunyi gitar Eddie Van Halen. Ketika itu Eddie sudah memakai gitar legendarisnya Sebuah Fender Stratocaster yang dia coba saling silang dengan Gibson kemudian diberi warna random hitam putih silang silang, ini adalah versi 1 dari Kramer“Frankenstrat” Baretta Model V2 yang berwana sama namun diganti merah dan putih. Franskenstrat menemani Eddie sampai tahun 90an sebelum ia beralih ke Music Man

Memakai kanibalan Gibson dan Fender Strat untuk album2 awal. Dewa mah sah sah aja

Pada tahun1982, Eddie mendapatkan endorsement gitar pertamanya bersama Kramer (yang mana jarang sekali dipakai gitaris pada saat itu, Kebanyakan gitaris memakai Ibanez dan Jackson) tahun 90an Eddie beralih ke Music Man sebagai endorser. 

Kramer "Frankenstrat" nan legendaris


Makin menggila di album F.U.C.K tahun 90an dengan Music Man

Di media '91-96 (Alum F.U.C.K) Eddie dan Peavey bekerjasama dengan Music Man dan kemudian pindah ke Peavey untuk menciptakan sebuah Peavey "Wolgang" Series

Masa2 tua yang makin kalem, menamakan seri gitar setelah nama anaknya, Wolgang Van Halen yang kemudian menjadi bassist Van Halen menggantikan Michael Anthony


Terakhir Eddie bergabung denga Fender untuk membuat license atas namnya sendiri. Proyek yang penuh dengan memori itupun menelurkan gitar yang penuh memori ketika mas jaya dan gila Van Halen di dekade 80an dan membuat merk atas inisialnya sendiri : EVH

Gitar EVH dengan corak Frankenstat yang melegenda


Sebenernya gitar kang Edi masihjauuh lebih banyak lagi, seperti Gibson (ketika amatir) Ibanez "The Shark" Destroyer (favorit gw), Dragon Snake, dan masih banyak lagi. untuk lebih lengkap silahkan liat dewek 

Untuk perangkat sound Eddie hanya mepercayakan kepada satu merek, yaitu Peavey 5150 yang legendaris. Saking sayangnya Eddie terhadap 5150, ia seringkali memakai angka ini sebagai symbol jati dirinya setelah ia pun memakainya untuk nama salah satu nama album Van Halen.

Namu setelah kontrak berakhir, Eddie kemudia mengembakan sendiri amplifirenya, dan lagi2 dia namakan dengan : EVH

Ketika ketiga EVH bersatu : gitarnya, amplinya dan yang terutama; orangnya

Dari situ saja terlihat jelas Eddie adalah seorang virtuoso sejati. Perlu diketahui ayah Eddie, Jan Van Halen adalah seorang musisi Jazz Belanda. Sehingga Eddie dan Alex diwarisi darah musik dari Ayah mereka. Ibu mereka adalah Indo-Belanda bernama Eugenia Van Beers yang awalnya tinggal di Rangkasbitung yang mewariskan kedisplinan asia dalam dua anaknya.

Pernikahan Euginia Van Beers dengan Jan Van Halen di Rangkasbitung

Jadi fixed ya, jangan ada yang bingung lagi. Ayahnya Eddie dan Alex Van Halen orang Belanda-Swedia, Ibunya orang Belanda-Rangkasbitung titik.


    Setelah Menikah Jan dan Eugenia pindah ke Nijmagen, Belanda dimana Alex dan Eddie lahir pada tahun 1955, kemudian Jan memipin keluarganya untuk mengadu nasib ke Pasadena, California Disinlah bakat music Alex dan Eddie berkembang

Rumah keluarga Van Halen ketika berimigrasi ke Pasadena, California

    Eugenia menyewa jasa seorang guru piano untuk mengajarkan piano klasik kepada dua anaknya. Namun entah kenapa hanya Alex sang kakak yang bisa membaca not balok. Eddie bejuang mati matian, namun tak kunjung bisa. Akhirnya Eddie memakai jalan pintas (namun sulit) hanya lewat pendengaran yang tajam ia mempelajari lagu2 Bach dan Mozart, hasilnya? Sukses berat.

Alex, Jan, Euginia & Eddie. Meuni akrab ceunah


Pendengaran dan insting musiknya membawa Eddie menjadi juara pertama kompetisi piano klasik tahun 1964 di Long Beach City Collage. Eddie mampu dengan sempurna mebawakan nomor klasik tersebut di kompetisi pertamanyanya tanpa membaca partitur sedikitpun. Tidak hanya di tahun 1964 namun empat tahun berturut ia menjuarai kompetisi itu.

Itulah yang membuat si kakak memutuskan untuk Eddie mempelajari drum, karena belajar drum amat mudah hanya dengan hearing, dan Alex memilih gitar sebagai instrumennya. Keputusan Alex yang kocak dan sok tau ini untungnya tidak berlangsung lama, mereka sadar bahwa Eddie lebih berbakat di gitar dan sebaliknya, tukeranlah mereka. Dan keputusan itu tebukti ampuh.

Kemudian Eddie mulai mengunci dalam kamar dan berlatih gitar berjam-jam lamanya, kadang Ibunya khawatir akan kesehatan anaknya, namun karena menghargai tekad anaknya, ia hanya bisa menaruh susu dan sandwich di depan kamar.

Di kamar kawah candra dimuka itulah itu Eddie belajar dari para maha guru lewat vinyl yang ia pinjam dari ayahnya. Eddie amat menggandrungi sang dewa gitar Eric Clapton dengan band Cream-nya, juga fans berat dari Jimmy Page dan membabat habis semua nomor Led Zeppelin. Sehingga ia meminta kakaknya untuk membuat sebuah band keluarga, yang akhirnya diberi nama “Broken Combs” (Sisir patah, apaan dah?).


Setelah tampil di beberapa gig di Pasadena, Alex malah nafsu untuk membawa adiknya ke jenjang profesional. Gayung bersambut, Jan dan Eugenia merestui mimpi anaknya. Akhirnya pada tahun 1972 Van Halen terbentuk

Setelah dua tahun terbentuk Eddie dan Alex belum menemukan vokalis yang cocok, dan merekapun mengadakan audisi vokalis di Pasadena.

Adalah David Lee Roth, seorang vokalis flamboyan yang doyan pesta dan wanita. David sangat ganteng, dengan rambut blonde dan tatap matanya yang menggoda tajam. Aksi2 panggung David sangat erotis, bukan hanya menjurus ke sex namun juga memperagakan tendangan tinggi ala Karateka. Maklum selain rocker David Lee Roth juga dikenal sebagai Karateka pemegang sabuk hitam di California Tambah sangar aja

David Lee Roth sang raja pesta

    Namun David awalnya tidak suka dengan Van Halen bersaudara, pertama karena musik2 mereka tidak cocok bagi David yang lebih suka membawakan lagu rock n roll ringan seperti “Johnny be Goodie” dari Chuck Berry. Sedangkan material Van Halen terlalu rumit dan tidak pada jamannya, tahun 70an adalah era dimana disko berjaya dan David tidak mau mengambil resiko dengan Rock eksperimental ala Van Halen

    Kedua, kenapa namanya harus Van Halen sih? Pikir David yang memang ego sentris. Dia gengsi sekali, karena pada saat itu nama David Lee Roth sudah lumayan dikenal di California, baik kerena ia rocker ataupu karena dia raja pesta.

    Intinya David gengsi berat untuk mengikuti audisi itu. (Sedikit catatan, jauh ke masa depan, setelah David keuar dari van Halen, ia BENAR2 mendirikan “The David Lee Roth Band”. Personilnyanya tidak tanggung2: Steve Vai, Billy Sheehan dan Greg Bisonette. Membuktikan bahwa ia memang rocker kelas elit yang dihormati)

    Sebaliknya, Van Halen bersaudara juga tidak begitu menyukai Lee Roth. Tapi ada dua pertimbangan. Pertama adalah, tidak ada satu orangpun yang berkualitas di sesi audisi vokal. Kemudian yang kedua Alex dan Eddie mengetahui bahwa David mempunyai sarana latihan band yang lengkap. Pelan2 mereka mendekati David. Dan akhirnya David pun luluh, dan dilaksanakanlah satu sesi latihan percobaan.

Tak disangka klop! Eddie begitu kagum dengan personaliti dan aura David Lee Roth yang menyala2 diluar kualitas vokalnya yang sangat brilian. Sedangkan David belum pernah melihat pemain gitar sebaik Eddie yang begitu jenius dan virtuoso. Bahkan yang membuat Van Halen berbeda dengan band rock lainnya adalah keprofesionalitasan mereka dalam memenuhi kontrak rekaman, merampungkan album sampai tour. Membuktikan bahwa mereka adalah para musisi sekaligus bussinessman sejati.

Formasi awal Van Halen; Liar, badung tapi tetap profesional Eddie Van Halen, Michael Anthony, David Lee Roth, Alex Van Halen

David sangat terheran2 dengan teknik baru yang dipakai Eddie, teknik itu bernama tapping. Kepala David seperti ingin meledak mendangar suara gitar Eddie “You murder your guitar dude. That’s illegal! Poor guitar” ujarnya. Dalam suatu wawancara David pernah berucap “Saya baru datang di studio, dari operator saya tahu bahwa Eddie telah berlatih selama tiga jam di studio. Lalu saya masuk dan mengajaknya makan malam. Dia mengiyakan dan meminta waktu untuk ganti baju, Disanalah saya lihat gitarnya yang tergantung di dinding studio. Saya bersumpah, gitar itu berkeringat dan tampak lelah kepayahan setelah meladeni tuannya!”



    Ya teknik2 yang dipakai Eddie benar baru dalam tata dunia musik rock saat itu. Setelah merekrut Michael Anthony, mereka pun memulai gig mereka di Sunset Strip. Promosi dari mulut ke mulutpun bersambut bahwa David Lee Roth punya band baru, namanya Van Halen.Namun mereka datang bukan karena David, tapi ingin melihat dengan mata kepala sendiri rumor yang tersebar di Sunset Strip, kalau David Lee Roth mempunyai giataris yang kemungkinan buka manusia. Dan mereka berbondong2 membeli tiket untuk menonton seekor alien yang bernama Eddie Van Halen.

Van Halen di gig2 awal, culun maksimal. Kerenan mana sama bapak lo?

    Namun alangkah kecewanya mereka, karena tiap masuk solo gitar, Eddie selalu berputar badan membelakangi penonton. Hal ini ia lakukan untuk melindungi hak cipta tekniknya. Akhirnya penonton bingung dan menganggap permainan Eddie palsu. Penoton menuduh bahwa sebenarya ada seorang atau dua orang gitaris lagi dibelakang panggung.

Sang alien dari Pasadena

    Eddie muak dengan tuduhan itu, akhirnya ia memberanikan diri memamerkan skillnya di depan mata gig mereka. Dan you know what? Penonton tetap tidak mengerti dengan apa yang dilakukannya. Teknik itu begitu maju dari jamannya, penonton sangat heran apa iya gitar elektrik dapat mengeluarkan bunyi seperti itu?

"Anyir aing dipitnah! nih aing pang ningalikeun skill aing sia!" begitulah kira2 pikir EVH jengkel

    Akhirnya yang terjadi adalah eforia. Dalam waktu instant berjayalah nama Van Halen di seantero California, terbentuklah basis fans yang menuntut pembuatan album. Bahkan para ABG2 masa itu yang baru saja mengenal rock (dan tidak mengenal nama Belanda), sering kali salah kaprah, mereka kira Van Halen adalah David Lee Roth. Hampir dimanapun David berjalan mereka menyapa “Hey Van!” dan David tidak berkeberatan sedikitpun, ia bangga menjadi vokalis Van Halen. 

    Dan kemudian lahirlah album pertama mereka yang berjudul "VAN HALEN I"


    Album itu benar luar biasa revolusioner sekaligus brilian. Dibuka dengan “Runnin’ With the Devil” yang sangat groovy. Vokal Lee Roth benar2 seksi dan perkasa. Backing vokal Eddie dan Michael begitu maskulin. Dan untuk pertama kalinyanya sound gitar Eddie benar2 terdengar sangat jelas dan jernih

    Sound itu sangat menggema, gemuk, empuk dan basah. Mengusai namun tidak menutupi. Kadang dihentak tegas, kadang disayat merintih dan kadang hanya disentuh santai. Eddie tidak mengikuti pattern blues tradisional yang dipakai band2 rock jaman itu, patternya begitu segar dan modern, sehingga siapa saja bisa ber-air guitar dan merasa keren dengan iringan Runnin’ with the Devil. Fresh! Solonya juga tidak menjelimet, pendek namun effisien.

Dan dilagu kedualah dunia mengenal seorang virtuoso gitar kelas elit. Lewat solo gitar berjudul “Eruption” yang legendaris.

Sungguh gitar itu terdegar seperti alien mencari mangsa yang menjulurkan lidah dan mentaskan liur kemana2. Misterius dan eksotik. Teknik tapping ditengahnya sperti membawa kita memasuki mesin waktu ke abad pertengahan,begitulah solo2 Eddie berikutnya dari “Cathedral” sampai “Spanish Fly” semuanya penuh dengan visi yang tidak bisa dibayangkan sebelumnya. Dan juga jangan lupa lagu yang sangat legendaris berasal dari album ini yaitu "Ain' Talkin' 'Bout Love". Intronya terdengar sangant "berasap" lagu yang hanya mempunyai dua chor ini sebenanrnya terpengaruh (atau meledek, entahlah) dari berkembangnya genre punk tahun 70an, namun Eddie mengembakannya jauh lebih rumit dari pada lagu2 Sex Pistols

Banyaknya tema, sound dan teknik dalam satu solo membuat yang mendengar kagum dan kesal, seperti dijatuhi oleh berton-ton batu. Mind blowing, jaw dropping. Sedetail apapun orang2 mempelajari teknik Eddie, Eddie selalu selangkah didepan mereka. 


    Van Halen II” pun disambut baik, dan makin menambatkan nama mereka di industri musik. Di lagu “Dance the Night Away” Eddie kembali beraksi. Apabila Van Halen I terasa sangat ngerock, Van Halen II terasa lebih jenaka, dan mengakomodir selera humor David Lee Roth. Dalam lagu tersebut Eddie menciptakan lick dan riff ringan dan jenaka, klop sekali dengan vokal David. Dance the Night Away adalah salah satu lagu favorit gw. Ketika SMA, ketika mau berangkat sekolah, dikamar gw selalu memulai hari denngan mendengarkan lagu ini. Jadi semangat!



    Dalam Van Halen II juga solo “Spanish Fly” berkibar. Eeett doi pake gitar akustik nylon loohh. Pribadi kalau sudah adu2an gitar akustik, gw lebih prefer EVH daripada seorang Yngwie Malmsteen. Permainan EVH di Spanish fly begitu terkonsep, well written dan rapi sekaligun indah. Salah satu bukti lagi EVH begitu mempunyai visi kedepan dengan musiknya. 

Kerja sama Eddie dan David bisa dibilang dalam tahap Love and Hate relationship. Eddie adalah seorang penulis lagu, sedangakan David adalah seorang performer sejati, ia kurang peduli tentang penulisan lagu. Yang David pikirkan bagaimana caranya untuk tampil sekeren mungkin. Eddie sangat keki, karena sebelum bergabung bergabung dengan VH, David terbukti banyak menulis lagu untuk band lamanya. Sedangkan Alex dan Michael tidak bisa banyak diharapkan.

Disinilah kebiasan merokok eddie yang telah dimulai dari umur 12 tahun menghebat dan ia juga mulai mencampur narkoba kedalam alkohol untuk menjaganya berjam2 menulis lagu sampai pagi. Tapi Eddie tak pernah bisa protes, karena di Van Halen ia adalah anggota termuda dan paling pendiam.



    

    Hubungan ini rasanya makin gak enak aja, terbukti dari album ke tiga mereka (menurut gw) kurang canggih euy yaitu “Women and Children First” tapi gak bisa dipungkiri sih, single “And the Cradle Will Rock" Sekali lagi membuktikan kepiawaian Eddie dalam merekam gitarnya dalam 3-4 track. Ketika itu penggabungan multilayer track sudah kejadian biasa, Queen yang mengawali kegilaan ini pada Bohemian Rhaposodynya. Namun Eddie benar2 memanfaatkan multilayer track gitar di single ini dengan begitu efektif.

    Rhythm gitar yang terasa berasap, dipadu dengan cadasnya repetisi lick satu not di reff, belum lagi solo gitar ditengahnya, Cradle Will Rock terdenger lebih meriah dibandingkan dengan hits2 sebelumnya.

    Dalam satu interview David membeberkan betapa sulitnya proses Eddie untuk merampungkan sebuah solo. Eddie mempunyai beberapa ide pattern solo, terkadang lebih dari sepuluh. Lalu ia menuangkan seluruh patternnya ke dalam masing2 track, lalu meng-cut yang dianggap jelek, dan menggabungkan mana yang dianggap bagus, dan dengang ajaibnya ia menyulam kembali pattern2 pilihan itu dengan gitarnya kemudian jadilah satu solo yang solid. Karena itu terkadang kita melihat jari2 Eddie ketika solo terlihat melompat2 di neck gitar dari satu oktav ke oktav lainnya. Jir!

Bir dimana2..ckckck dasar anak muda..


    Selain And the Cradle Will Rock, “Could this Magic” juga terhitung istimewa, terdengar sekali pengaruh ragtime 40an ala Jan Van Halen di lagu ini, walaupun “hanya dibawakan” dengan dua track gitar akustik, di lagu untuk pertama kaliya Eddie bermain dengan slide, sepert seorang orang pesisir Delta sejati. Namun menurut gw, David gagal mengintrepesikan lagu ini dengan baik.

Mungkin yang bisa dibilang agak istimewa dari Album ke-3 adalah sound Van Halen sudah mulai lebih canggih, bass Michael Anthony tidak lagi sepert bass amatiran, dan akhirnya Alex menemukan soundnya lewat kit Ludwignya. Sungguh suara drum yang unik, snare Alex Van halen yang legendaris dimulai dari album ini.


    Fair Warning” adalah embrio sound modern Van halen, semua terasa lebih segar. Lagi2 album ini dibuka oleh solo Eddie di Intro “Mean Street” gak kebayang muka orang2 ketika pertama kali mendengarkan solo ini “Nih gitar diapain sih suaranya kek gini?”

Setelah video live mereka beredar, barulah jelas bahwa Eddie memakai teknik Right Hand Hammering, harmonized dan sedikit sentuhan teknik slap bass. Tetap saja itu seperti mustahil dilakukan di gitar listrik. Tapi bukan EVH namanya kalau bisa melakukan yang tidak mungkin.

Uchained” juga masuk sebagai single yang melejit di album ini. Eddie malakuan intro dengan teknik mono audio, setelah masuk bass, baru lah kemudian audi distreokan lagi. Teknik mixing ini termasuk baru di zaman itu.

    Semantara Alex sudah semakin asik dengan ludwignya, dia sperti kesetanan, asik terus menginjak pedalnya dalam irama half note, dengan cuek mengikuti birama bass “Dug dug dug dug dug dug” . Dan ada yang baru di album ini, permainan bass Michael Anthony jelas meningkat. Michael dann Alex tampak lebih menyatu. Dalam solo gitar Unchained Michael dan Alex melakukan singkup2 sulit, yang kemudian menjadi ciri mereka di album2 berikutnya. Kompak niye.

Dalam single “Push to Shove” Michael Anthony mulai berani bereksperiman dalam beat funk. Vokal David juga istimewa dalam single ini.

Udah mulai keliatan sangarnya dengan Yamaha Attitude BB 3000 Michael Anthony Models

    Setelah rasanya mencari jati diri, Van Halen kembali menelurkan “Diver Down” untuk judul album selanjutnya. Disinilah revolusi besar2an terjadi. Sound mereka kembali ke Van Halen I, tapi kok terdengar makin asik. Album dibuka dengan “Where Have All The Good Times Gone?” Asik sekali, Eddie dan David bener2 bekerjasama dengan baik di single ini. Intinya lagu ini benar2 mengingatkan fans pada album Van Halen I



    Disini pula solo “Cathedral” berkumandang. Dan lagi2 fans dibuat bingung oleh sound gitarnya. Eddie memakai teknik crescendo dan descresendo dengan memain kenop volume pada tangan kanannya dan memakai teknik hammering dengan tangan kirinya. Sekarang sih teknik gitu udah basi, ketika Paul Gilbert melakukannya di “Nothing But Love” single milik Mr. Big. Sudah gak ada yang heran. Tapi jaman itu, teknik tersebut sangat langka, bahkan Eddie melakukannya dari detik pertama sampai akhir. Dan gilanya, melody2 tersebut seperti benar2 membawa kita ke Gereja Gotik di Eropa, lengkap dengan altar dan salib raksasa dibelakangnya.



    Di album ini pula akhirnya David Lee Roth dapat mengekspresikan dirinya dengan baik di lagu “Pretty Woman” yang merupakan cover dari versi Roy Orbison. Pretty Woman benar2 rock n roll yang menyenangkan, nakal dan seksi. Sesuai dengan kepribadian David. Sedangakan di latar belakang Eddie seperti kesetanan memainkan lick2 yang genit. Sungguh single cover yang sangat segar dan meyenangkan.

Yang paling terkenal dari lagu ini adalah cover albumnya. Merah bersilang putih, yang merupakan bendera para penyelam yang dipasang di perahunya ketika mereka menyelam ke laut, dikenal dengan istilah ”Diver Down” dan entah kenapa istilah itu menjadi judul album ini. Yang pasti, cover album ini cocok dengan corak si Frankenstrat

Pribadi gw paling demen nomor “Little Guitar” di album ini Catchy bgt dah, ada sedikit pengaruh Rush didalamnya, Eddie memainkan part gitar yang sulit dengan presisi yang amat sempurna dan sepertinya sangat terpanguruh oleh permainan sang gitaris Rush, Alex Lifeson

Yang juga menyenangkan dari album ini juga adalah, Alex dan Eddie akhirnya mengajak ayah mereka Jan, untuk bermain di nomor “Big Bad Billy (is Sweet William Now)” yang sangat berbau Bebop, kebayangkan betapa menyenangkannya sesi rekaman itu.

Kompak ye kite beee...


Intinya Diver Down adalah album yang sangat kocak dan sangat menyenangkan, penuh dengan eksperimen gila ditambahh dengan vokal David yang makin menggila.

    Setelah Diver Down laku keras dipasaran, tahun 1983 perdebatan David dan Eddie makin memuncak. Terutama tentang teknik rekaman. Mereka bener2 berbeda. Sekali lagi David senang dengan yang tradisional rock n roll; pesta, tahta dan wanita. Tapi Eddie ingin lebih dari itu. Eddie menginginkan eksplorasi dalam bermusik dan ia selalu senang bermain2 dengan alat2 modern.

    Disinilah Eddie punya rencana dalam album berikutnya memakai synthesizer. Sebuah alat efek revolusioner yang beken bgt di tahun 80an. David menolak, karena di dalam tubuhnya darah rock n roll mengalir deras. Apalagi begitu David tahu kalau Eddie berencana memaikan keyboard dalam single “Jump”

    “Apaan dah, lo kan gitaris, ngapain ente pake maen keybord segala? Lagian pan kita band Rock Men, bukan Madonna” Protes Lee Roth

    “Jangankan keyboard, kalo perlu semua brass babe gw, gw maenin!” Jawab Eddie ketus


    Lalu lahirlah album “1984” yang dibuka dengan nuansa synthesizer yang kental ala 80an, lalu tak lama disambut dengan intro yang paling terkenal sampai sekarang; “Jump” yang ternya sangat sukses di pasaran. Bahkan majalah Rolling Stone menobatkan Jump adalah salah satu lagu terbaik sepanjang masa. Untuk pertama kalinya fans melihat kelihaian Eddie bermain keyboard. Kalo lo gak tau Jump sih, halah kebangetan bgt dah…kayak idup di semesta lain.



    Namun tidak semua single dalam 1984 bernuansa modern. “Panama” keasikan rock n roll murni tanpa embel2 teknologi modern. David sangt meyukai lagu ini, begitu pula denngan Eddie.

    Hit terakhir dari album ini mungkin adalah nomor yang sangat rumit bagi semua personil yang berjudul “Hot for the Teacher” belum pernah VH mengeluakan single dengan tenik sesulit ini sebelumnya. Dibuka dengan gebukan doubletime shuffle drum Ludwig Alex yang sangat khas, riff mumet Eddie pun nyusul. Duh lagu ini asik didengerin, tapi klo lo berani kulik mah, Masyaallah dah! Kesiyan drummernya, bisa asem urat.

Semuanya shread ngambang triplet, cok!

    Setelah album 1984, pertengkanaran antar Eddie dan David telah mencapai puncaknya, Eddie benar2 muak dengan kelakuan David yang cuma ingin pesta dan merasa keren, tidak memikirkan bisnis dan penulisan lagu. Sebenarnya hal yang persis sama terjadi di Aerosmith, dimana Joe Perry sibuk mengurus bisnis, sedakangkan Steve Tyler hanya peduli meniduri wanita sebanyak2nya. Dan Eddie tidak sesabar Joe Perry, maka dipecatlah David Lee Roth seorang vokalis handal dunia pada saat itu.

    Tidak lama untuk VH menemukan pengganti David Lee Roth. Tersebutlah nama Sammy Hagar, seorang gitaris rock dengan vokal yang mumpuni. Ketika itu Sammy Hagar dikenal dengan nama alias “The Red Rocker” karena kegemarannya memakai warna merah. Gayung bersambut, Sammy sangat bahagia menerima tawaran itu.

Sammy Haggar The Red Rocker!


    Intermezzo sebentar, mungkin dari semua song writer jenius, gw akan menyebut Ahmad Dhani sebagai salah satunya. Bagaimana tidak, pertukaran dari Ari Lasso ke Once tidak mulus mengingat betapa bedanya karakter vokal mereka. Dhani sadar bahwa tidak mungkin merubah karakter vokal sesorang, Apalagi ketika itu Once sudah mempunyai album rekaman sendiri. Lalu Dhani mengambil cara menulis lagu dengan ciri yang berbeda sekali untuk sang vokalis tapi masih harus ada sound Dewa-nya. Ahmad Dhani dengan mulus melakukan pergatian gigi tersebut.

    Namun ya diatas langit masih ada langit, diatas BigMac masih ada Triple Mushroom Cheese nya BK dan diatas Ahmad Dhani masih ada Eddie Van halen sang maestro virtuoso. Eddie sangat sadar perbedaan karakter vokal Lee Roth dan Hagar. Gw sih pribadi lebih suka Van Halen jaman Sammy Hagar, yang dikenal dengan era “Van Hagar”. Vokal Hagar lebih modern dan luwes. Walaupun tidak terdengar nakal seperti Lee Roth namun range vokal Hagar begitu luar biasa luas dan jauh lebih modern.



    Dan yang dilakukan Eddie sebagai penulis lagu begitu brilliant dan tidak disangka2. Eddie mulai banyak menulis lagu bernuansa cinta. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan Van Halen sebelumnya. Ya Van Halen pindah gigi, dari Van Halen penyuka pesta, menjadi Van halen yang sedang jatuh cinta dan menguasai masalah sosial pada saat itu.



    Hagar membuka album ke-7 Van Halen “5150” dengan lengkingan khasnya dalam single “Good Enough” rekaman ini terdengan begitu modern, beda sekali dengan Diver Down dan 6 album sebelumnya. Eddie akhirnya dapat dengan bebas mengeplore kekuatan teknologi gitar Music Man dan Peavey 5150nya. Sammy Hagar yang sejatinya adalah seorang gitaris menyambut baik.

    Mereka sering bertukar pikiran tentang teknologi yang ada saat itu. Eddie merasa begitu plong, tidak tertahan seperti ketika era Lee Roth. Setelah mendengakan 5150, memang album2 VH sebelumnya terdengar kuno sekali.

    Lagu cinta pertama Van Halen adalah “Why Can’t This be Love” Yang dibuka dengan Bass yang full synthesizer, namun tidak berlebiham, gitar Eddie melengking renyah disana sini. Benar2 suara dan suasana yang baru. Inilah Eddie Van Halen sebenarnya.

Bukan hanya jago tapi ia memanfaatkan teknologi yang ada sebaik mungkin. Dan seperrti anak kecil yang baru bebas dihukum, Eddie kembali bermain keyboard dalam “Dreams" benar2 lepas. Begitupun vokal Sammy yang seperti melanglangbuana. Merinding tiap kali gw denger lagu ini



Album ke-8 “OU812(Oh, you ate one too) ya, era Sammy Hagar judul album VH penuh denngan singkatan gak jelas.

Baik personal, lagu sampai cover album. Semua sudah mulai dewasa, more work less party.


    Dibuka dengan "Mine oh Mine" yang sekali lagi sebuah nomor yang sangat eksperimental, disusul dengan megahnya “When it's Love?” semua sound tetiba menjadi lebih megah, bukan hanya gitar Eddie namun juga sound bass dan drums yang kawin banget sama lengkingan Sammy Hagar. Wah pokoke Van Halen bener2 udah berubah deh, cocok sama kemajuan jaman. Kalau masih Ada David Lee Roth, mungkin Van Halen akan usang. Buktinnya David Lee Roth Band tidak berkibar lama tuh, padahal digawangi oleh personil2 yang gila. Ya mana bisa lo larang Steve Vai untuk main rock n roll sedehana dan tradisional..ya doi mending cabut.



    Dalam single “Finish What Ya Started” Sammy dann Eddie berduet gitar, asik sekali, dua2 nya bermain rhythm gutar tapi dengan lick yang berbeda namun tetap utuh menjadi satu kesatuan, crunchy sekaligus seksi. Belum lagu duet vokal mereka. Plus yang lain lagi adalah keahlian Sammy Hagar dalam menulis lagu., trengginas! Eddie dan Sammy masuk kedalam alam broromance yang sangat mesra. Untuk pertama kalinya Eddie menemukan orang yang sangat mengerti visi dan misinya (duile kek proposal 17an)



Sayangnya album ini ditutup dengan buruk oleh nomor “A PoliticalBlues” duh ternyata VH nggak asik bgt main bluesnya, semuanya serba gak santai dan serba berlebihan untuk ukuran blues. Hahahaha, untung mereka gak pernah ngeblues lagi di album2 berikutnya.

Kemudian terbitlah album ke-9 maha karya dari era Sammy Hagar yaitu “For Unlawful Carnal Knowledge” (F.U.C.K) Album ini benar benar wow…WOOOWW!. Canggih, seru, keren, gak ada kata yang cukup untuk menggambarkan betapa dahsyatnya album ini.

Promo album F.U.C.K edisi Amerika Utara. Keren ya.





Eddie dan Sammy benar2 seperti kerasukan di album ini, mereka menulis lagu2 legendaris Van Halen di masa depannya. Di album ini seluruh anggota VH benar keluar dari zona nyaman dan seperti bermain di tepi jurang untuk keselamatan nyawanya. HANDAL!

Dibuka dengan “Poundcake” yang sangat megah, disusul dengan “Judgement day” yang sangat macho. Gw pernah bawain lagu ini ketika ngeband, duh pegel main bassnya hahahaha



    Dalam Judgement day, Eddie melakuan banyak teknik dalam satu lagi, mulai dari Palm Muted, Tapping, harmonic sampai up and down tremolo (drop bomb & wild horses) yang sanngat terkenal dikenal dilagu ini. Dan solonya ya Tuhan….belum pernah gw dengar Eddie bermain selepas dan seriang dalam solo Judgment Day. Soal itu bukan hanya megah namun juga menyetrum jatung tiap pendengarnya, seperti kuda liar yang lepas dari incaran para cowboy.

1991 Era "Van Hagar" formasi terdahsyat

    Lalu “Spanked” dengan atmosfir yang berbeda, meyusul. Kemudian “Round around” yang sangat menyenangkan kalo dibawain nge-band. Disilah pertama kali gw sadar kenapa Eddie merekrut Sammy, suara Sammy dapat memuncrat seksi bila terus dipaksakan terus dalam tensi notasi tinggi. Bukannya kepayahan malah tambah macho. Itulah yang membuat wanita tergila2 pada Sammy Hagar. Entah berapa kali Bra dan celana dalam wanita dilemparkan kearah Sammy ketika sedang manggung. Sebagi penghargaan Sammy mngambil semua dalaman itu dan mengikatnya di stand micnya. Seksi! (sedangkan Steven Tyler hanya bisa mengikat syal gombal di micnya) Itulah salah satu tujuan Eddie, memperluas fans base wanita untuk Van Halen dan berhasil.



Terlalu banyak hits bagus di album ini,yang kalau mau dibedah mah bisa jadi tulisan baru. langsung aja deh ke akhirnya. Album ini ditutup dengan brilian dengan “Top of the World” nomor ini seperti membertitahu dunia bahwa VH sekarang benar2 ada di puncak dunia.



Bagi gw album F.U.C.K adalah salah satu album terbaik sepanjang masa. Bukan hanya koleksi album Van Halen, tapi dari SEMUA album musik yang pernah ada.



    “Balance” keluar sebagi album ke-10 Van halen, Album ini tidak seglamor F.U.C.K namun cukup sukses di pasaran. Ditahun 1995 pula ketenaran VH sudah mulai menurun, kalah bersaing dengan Seattle Sound dan rock alternative lainnya. Ketika itu dunia menyukai rock yang lebih soft dan imut2, maka bocah bocah babyface menguasai MTV rock pada saat itu, tidak adalagi sound2 ganas ataupun solo2 gitar yang mematikan. Sucks!

Album baru, rambut baru. Kasep!


    Eddie dan Sammy mencoba mengikuti trend itu dengan penuh kedewasaan, munculah single “I Can’t Stop Loving You” dan “Not Enough” yang membuat seluruh dunia menyanyikan liriknya yang romantis.



    Di sisi lain, VH melawan band2 rock pemula yang dengan sok2an mengangkat tema sosial dengan single kuat dan berkharisma “Don’t Tell Me (What Love Can Do)” Vokal Sammy benar kuat dan seakan seperti berkelahi dengan gitar Eddie (in the good way) Bagi para gitaris sangat asik membawakan cover dari lagu ini, cool bgt. Ngaku dah! Anyway itusi Michael Anthony bassnya makin keren aja. Di allbum ini dia pakai Ernie Ball Musicman "Stingray" makin nancep aja mainannya (abis kasian di awal diremehin)




    Balance merupakan album terakhir Van halen yang terhitung masih berkualitas, ditambah dengan meyusulnya single “Humans Being” sebagai soundtrack film “Twister” setelah itu mesin VH berehenti bekarya, macet. Eddie dan Alex sudah mencapai usia yang tidak muda lagi.




    

    Sepertinya seluruh kreatifitas Eddie benar habis dalam 10 album VH, dia mangubah gayanya dari gandrong menjadi rambut pendek dan brewok rapi, tapi itu tdk bisa menyembunyikan kenyataan bahwai dia sudah lelah.

    Ketergantungannya akan rokok dan akohol benar menghabisi tenaga, fisik dan mental serta kreatifitasnya. Di titik paling rendah, Sammy mencoba berbicara dengannya, namun pembiaraan ini tidak nyambung. Sammy yang energetic masih ingin ngegas, tapi Eddie menginginkan break.

    Istirahat adalah pantangan bagi Sammy Hagar, Red rocker ini selau bertenaga kuda dan berenergi tinggi. Akhirnya Van Halen dan Eddie tidak mencapai kata cocok. Denngan berat hati Sammy meninggal kan VH, kerena dinilai sudah tidak produtif, ia menilai tidak pantas seorang Eddie Van Halen seloyo dan selemah itu.

Bagaikan Anang dan Krisdayanti, duet maut inipun akhirnya harus berpisah

    Kalau saja Sammy mengetahui kalau penyakit Eddie itu adalah awal kangker yang akan menbunuhnya, pasti Sammy takkan pernah meninggalkann Van Halen. Namum Eddie tidak pernah mengetahui bahwa juga bahwa dia akan terserang kangker tenggorokan. Yang ia tahu hanya lelah luar biasa.



Beberapa tahun kemudian keluarlah “Van Halen III”. Album non sense dengan kualitas peling rendah yang pernah dimiki VH.

Malesin

    Bahkan Eddie memboyong Gary Cherone dari Extreme untuk menggantikam Sammy Hagar. Duh..kesiyan saia dengernya. Vokal Gary yang rasanya emang udah milik Extreme bener2 gak nyos untuk VH, dan terbukti Gary hanya bertahan di satu album. Gak usah dibahas ya albumnya, males. Gw Cuma dengar sekali dan males.

Setelah Michael Anthony juga pamit dari band, akhirnya Eddie dan Alex menerima kenyataan semua hal baik pasti berakhir. Mereka mencoba menghubungi David Lee Roth yang sudah opa2 untuk bergabung kembali untuk membentuk Van Halen Reunion. Gayung bersambut, David yang sedang nganggur menerima tawaran itu.

Opa opa emang harus damai

Di bass, Wolfgang Van Halen menemani sang ayah. Eddie sangat senang akan kehadiran anaknya di Van Halen, sekarang benar2 seperti sebuah kelurga sakinah mawardah warohmah yang mana Van Halen tidak lagi mengejar kekayaan dan kejayaan. Eddie hanya ingin bersama keluarganya, dirumah maupun di panggung.

Wolfgang Van Halen

    Bahkan dengan asyiknya Eddie dan Wofgang menciptakan series custom baru untuk Music Man, yang akhirnya keluar gitar dan bass costum series “Wolfgang” mengikuti nama sang anak, bass dan gitar Music Man ini sarat dengan pola Diver Down putih hitam, warna Fender Eddie ketika memulai karirnya di Sunset Strip.

Semua berjalan dengan baik. Beberapa kali Van Halen diundang ke TV untuk tampil dan sesi wawancara, semua berjalan damai dan tenang. Sampai hari ini.

Formasi terakhir sebuah band paling besar yang pernah ada di bumi

Hari ini akhirnya si jenius itu meninggal dunia karena kangker tenggorokan yang telah dilawannya selama 10 Tahun. Hari ini dunia kehilangan seorang virtuoso musik paling brilian yang pernah ada dalam semua dimensi semesta yang ada.

Dengan sedih Wolfgang mengumukan kematian ayahnya lewat twitter pribadi


    Edward Lodewijk Van Halen meninggalkan begitu banyak warisan, bukan hanya legacy namun juga Haritage yang harus dijaga oleh para musisi diseluruh dunia, Namanya akan seharum Jimmy Hendrix dan Freddie Mercury karena banyak sekali yang ditinggalkannya buat kita. Mulai dari musik sampai perjuangannya.


    Michael Anthony pernah berkata “selalu ada sedikit Van Halen dalam hati tiap orang” Eddie membuktikan itu, mulai dari album2 Van Halen yang mengisi masa muda banyak orang, juga dalam beberapa lagu Michael Jackson. Lebih dari itu ketika kecil dan betapa girangnya kita ketika mendengan intro Mighty Morphin Power Ranger membahana, itu adalah Eddie Van Halen yang memainkan riff gitarnya. Selalu ada sedikit Van Halen dalam hati tiap orang…


    Terimakasih Eddie, sesudah menjadi mentor dan guru kami, sebagai orang Indonesia gw sangat bangga mengetahui kami berbagi DNA dengan keluargamu.

    Lebih dari itu tidak ada yang lebih membanggakan selain menjadi fans sejati Van Halen

    Goodbye Eddie Van Halen. You are my super hero. I will miss you so damn much!


Comments

Popular posts from this blog

Tiga Pergantian Vokalis Band Rock Paling Sukses Dan Masih Berlanjut Sampai Sekarang

Tips Dateng ke Kondangan Mantan (buat Yang Belom Rela)

Kejadian-kejadian Kocak Menjelang (dan sesudah) Pernikahan Gw. (Happy 13th Aniversary My Darling)