Tiga Pergantian Vokalis Band Rock Paling Sukses Dan Masih Berlanjut Sampai Sekarang
Vokalis adalah frontman sebuah band, image, ikon dan juga nyawa. Gitaris, drummer apalagi bassist bisa aja diganti kapanpun dan gak lama juga fans lupa.
Lihatlah Mick Jagger. Jagger pernah ke Indonesia tanpa merk Rolling Stones, tetep aja Stadion Utama Senayan (namanya sebelum GBK) penuh tumpah ruah disesaki sama om dan kakek lo waktu itu.
Tapi sekeren2nya Keith Richards dateng ke Indonesia,
emang ada yg mao nonton? Ada, tapi paling di café doang.
Gak usah jauh-jaulah, lo kira Slank masih ada yg mau nonton klo
Kaka minggat dan jadi vokalis God Belss gantiin Achmad Albar? Mau dikemanain
muke Ian Antono?
Sebegitunya nilai vokalis di mata fans. Makanya merekapun banyak
ulahnya. Axl Rose, Kurt Cobain, ataupun James Hetfield adalah para pengguna
mirasantika veteran. Bahkan James Hetfield ketika keluar dari rehabilitasi
minuman keras Cuma mau kerja tiga jam gak lebih. Culun! Semarah-marahnya Lars
Ulrich, tetep aja dia gak berani keluarin James, padahal kemarenan perasaan
dengan gampangnya Lars Ulrich mendepak Jason Newstead dari Metallica, tapi
Hetfield? Jiah mao apa Metallica tanpa Hetfield? Emang lo mao nonton? Males gw
mah.
Rage Againts the Machine beruntung memiliki seorang rapper metal Zack De La Rocha yang begitu berwibawa, ketika de la Rocha out, beberapa lama kemudian Soundgarden juga bubar, maka direkrutlah Chris Cornell, vokalis dengan suara paling ganteng di dunia rock alternative,tapi apa iya bener bisa ganti de la Rocha? Ya gak mungkin lah, mending bikin band baru aja pikir Tom Morello ciut. Maka lahirlah Audio Slave, band yang semuanya anggotanya member Rage Againts the Machine Tapi vokalisnya Chris Cornell.
Audio Slave |
Namun ada juga yang berhasil. Berkat kejeniusan, kesabaran dan
visi yang luar biasa Tuhan meberikan nyawa kedua bagi band-band dibawah ini
lewat anugerah vocalis pengganti . It’s a blessed second marriage
Siap? Pegangan dan yuk kita Rock n Roll...
Ketika masa jaya-jayanya tahun 70an, belum pernah ada sebuah
band Rock n roll yang bisa membuat Rock dan Blues bisa begitu seksi sekaligus
masih menjunjung tinggi nilai maskulinitas selain AC/DC.
Dekade 70an ada 4 jenis fans; Led Zeppelin fans, Deep Purple
fans, Rolling Stones fans dan AC/DC fans.
Fans Zepplin adalah para art people brengsek, para pengguna narkotik pemula dan kebanyakan hippies pembenci orang tua sendiri. Mereka tidak percaya Tuhan, tapi mereka percaya Zeppelin. Penggemar Purple lebih sehat sedikit para buruh kasar dan pekerja ekonomi menengah yang mendengakan rock sebagai pelarian. Rolling Stones 11-12 dengan Zeppelin, ibaratnya fans mereka saling berbagi cimeng dan tukeran pacar (maklum tahun 70an belom kenal HIV). Bedanya fans Rolling Stones masih inget nama temen. Fans Zeppelin nama sendiri aja gak inget. Gitingnya bener2 Stairway to Heaven banget
Tapi AC/DC lain. Fans mereka adalah anak2 muda penyuka pesta pora, suka berkelahi dan para pembalap liar. Makin kencang AC/DC diputar volumenya, makan kencang pula gas mereka injak. Fans AC/DC bukan pengguna narkotik, buat apa narkotik, dengan mendengarkan “Thunderstruck” sambil kebut-kebutan juga akan menjadikan mereka seorang adrenalin jungkies, begitulah cara mabuknya fans AC/DC, mereka membuat rock bergitu menggairahkan.Kerena itu AC/DC sangat diterima di Amerika.
Riff riff Malcom dan Angus Young adalah riff yang terdengan
nakal, senakal riff Keith Richard tapi ditambah distorsi, jadilah riff yang
sangat memucratkan adenalin. Ditambah dengan depakan drum statis four on the
floor namun berisi dan gagah bagaikan tabuhan gendering mars menuju medan
perang yang membuat semua laki-laki yang menyanyikan lirik AC/DC niscaya
dirinya adalah orang yang paling perkasa di muka bumi! Bukan hanya lelaki,
herannya banyak wanita yang meliuk-liukan keindahan tubuh mereka begitu
mendengar intro AC/DC.
Ketika AC/DC konser tidak ada yang namanya laki-laki dan
perempuan saling berpelukan, berciuman, atau bergandengan. Semua melebur
menjadi satu gender (AC/DC) dalam keperkasan dan keseksian Rock n Roll made in
Australia yang sangat Amerika.
Diwaktu AC/DC konserpun iblis mengizinkan setan beristirahat
sejenak untuk menyaksikan Angus Young bersolo gitar. Buat apa toh kerja?
Narkotik gak kepake, seks gak disentuh. Manusia dan setan larut bersama
menyanyikan anthem “Highway to Hell”
Sayangnya, nggak tau apes atau terlalu tolol , suatu hari sang
vokalis Bon Scott kebanyakan nenggak apaan gak tau. Whiskykah? Tequilakah? Cap
tikuskah? Yang pasti doi over drink, sampai muntah, saking banyaknya tuh
muntah, doi sampe kecekek muntahnya sendiri. Konyol kan? Terus mati. Udah gitu
aja. Apes pes pess.
Setelah masa idah, AC/DC mulai mencari vokalis baru, walaupun
meraka ragu, siapa pulak yg bisa menggantikan Bon Scott yang jenaka dan penuh
karisma. Akhirnya ada empat nominasi.
Pertama adalah Steve Wright, tapi ditolak Angus karena
kedekatannya dengan produser AC/DC pertama. Males aja yekan, kontrak lo gak
diperpajang boss, terus minta temen bos lama jadi vokalis baru, harga diri
elah.
Kedua ada Gary Holsen, vokalis paling metal dari keempat
kandidat. Sayangnya Holsen mempunyai kelebihan egosentrik parah, bahkan
gosipnya melebihi egonya Bon Scott. Padahal sudah tak terhitung berapakali Bon
Scott berkelahi dengan sesama member AC/DC karena keegoisannya. Ya istilah
kata, gak mau keluar kandang buaya masuk kandang macan.
Ketiga diwakilkan oleh Mark Heaven, tapi gak tau kenapa gak
jadi.
Dan lucky four ada the English guy Brian Francis Johnson yang
kita kenal sampai sekarang.
Selain rendah hati, sifat gentlemannya yang sangat Inggris
sekali membuat para pemuda Australia AC/DC jatuh cinta dan memberikan gig
tersebut kepada Johnson. Dan kebetulan pada saat itu Band-nya Brian Johnson,
Geordy, sedang tiarap. Klop!
Pada awalnya Brian Johnson sangat tidak dikenal, baik di tanah
kelahirannya UK, apalagi di Australia. Namu kebrilliannya dalam membawakan lagu
lagu DC yang sangat electrified dianggap Young bersaudara sangat cocok bahkan
mengguli Bon Scott, ditambah dengan kemampuannya menulis lagu."You Shook Me All Night Long" adalah karya pertama Brian untuk AC/DC bercerita tentang mobil kesanyangnya di New Castle, Inggris.
Setelah meminta izin kepada keluarga Bon Scott, AC/DC mulai
mengarungi dunia Rock n Roll dengan Brian Johnson sejak 1980.
Tanganpun bersambut, berkat Ke-“Inggris”-an Johnson, AC/DC
menjadi lebih diterima dan manancapkan listriknya di tanah Eropa.
Gw pribadi percaya, bila Bon Scott masih hidup, mungkin AC/DC
sekarang sudah tidak ada. Kepribadian Bon Scott yg pemabuk, egois dan seksist
sebenarnya sudah mengganggu AC/DC dari awalnya.
Well destiny has written. For those about to rock, we salute
you!
AC/DC formasi terkini :
Lead Guitar – Angus Young
Rythm Guitar - Steve Young(Menggantikan almarhum pamannya, Malcolm)
Lead Vocal – Brian Johnson
Bass – Cliff Williams
Drums – Phill Rudd
Journey tidak begitu besar di Indonesia, orang-orang kita lebih
senang ke lagu lagu Bon Jovi, Skid Row, Extreme, Mr. Big. Pokoknya di dekade
90an siapa yang mengeluarkan single akustik ballad rock pasti akan laku di
Indonesia. Lagu-lagu nongkrong gitulah.
Bagi gue sang vokalis Journey, Steve Perry ada di tingkat kedua
dibawah Freddy Mercury dalam rangking vokalis rock terbaik sepanjang masa.
Vokal Perry begitu membentang luas dan indah, bagaikan damainya padang rumput
dan secara vertical menusuk ke ketinggian surga ketujuh, menembus batas hati
yang paling gelap. Orang paling sadis di dunia pun bisa terbuai oleh vokalnya
“When You Love A Woman” dalah salah satu masterpiece mereka yang
paling romantis. Diawali oleh intro grand piano Jonathan Cain dan selanjutnya
adalah rayuan seorang lelaki kepada wanitanya. Para rocker yang begitu
mendalami elemen soul yang seksi. Mengiba2 dan begitu memuja wanita dengan
suara vokalinya yang begitu megah.
Journey memang banyak dramanya, terutama dari dua pilarnya Neil
Schon dan Jonathan Cain yang merasa Journey adalah milik mereka, bahkan bulan
April 2020 lalu Bassis Ross Valory dan Drummer Steve Smith akhirnya tak tahan
dan mengundurkan diri selama lebih dari 30 tahun bersama Journey.
Journey formasi klasik : (kiri-kanan) Jonathan Cain, Steve Perry, Neil Schon, Ross Valory, Steve Smith |
Di akhir 90an, Journey lumpuh, tak ada satupun album yg keluar,
apalagi konser. Tak ada promotor yg mau membooking mereka. Mereka mencoba
delapan tahun bersama Steve Augeri, seorang vokalis flamboyant asal New York.
Karisma Augeri dianggap cocok dengan Journey, namun suara? Banyak die hard fans
Journey yang membencinya. Sampai suatu ketika Augeri menderita sakit
tenggorakan yang langka yang membuatnya tidak bisa bernyanyi lagi. Hilanglah
era kedua Journey tanpa prestasi apapun dalam delapan tahun.
Steve Augeri |
Pada suatu malam Neil Schon sedang mencoba keberuntungannya di Youtube.
Menolak untuk pensiun, dirinya ngotot untuk tetap mencari vokalis. Di ujung
pencariannya, secara tidak sengaja dia mengklik satu channel dimana band
bernama "Zoo" asal Philipina sedang menyanyikan hits Journey
“Faithfully” di sebuah cafe yang sepi penonton.
Arnel adalah seorang vokalis miskin, bandnya, Zoo hanyalah
sebuah cover band, di Hard Rock Cafe Manila mereka menjadi House band dengan
mengcover lagu-lagu Journey, The Police sampai Aerosmith. Ibunya adalah
inspirasinya, beliau adalah seorang penjahit yang meninggal ketika Arnel
berusia 13 tahun. Namun walaupun miskin, sang ibu mewariskan Arnel cara
bernyanyi serta rekaman Barbara Streisand dan The Carpenter yang Arnel dengarkan
tiap hari. Setiap harinya Arnel berjuang untuk keluar dari kemiskinan di daerah
kumuh Quezon City, bahkan dia rela menyanyi tidak dibayar, asal diberi makanan.
Journey pun mengadakan rapat, betul Arnel bisa bernyanyi, mereka
pun terpukau luar biasa. Neil Schon begitu yakin seyakin yakinnya bahwa Arnel
adalah pengganti yang tepat untuk Steve Perry. Namun seperti biasa Cain masih
skeptik, ia meragukan Bahasa Inggris Arnel, meragukan kemampuan Arnel dalam
tekanan tour dunia. Seperti tidak memperdulikan sahabatnya Neil Schon pun
menelpon Arnel di Quezon City
Singkat cerita, tiga minggu kemudian, Arnel sudah berada di
Bandara LAX LA, tak ada satupun petugas bea cukai LAX yang percaya Arnel datang
untuk audisi menjadi vokalis Journey, sampai seseorang menyuruh Arnel
bernyanyi. Setelah takjub mereka perlahan surut, barulah beramai-ramai mereka
mengucapkan goodluck kepadanya
Arnel diberikan waktu hanya tiga minggu untuk memenuhi semua
tuntutan Journey. Di hari2 awal Arnel begitu grogi, Jonathan Cainpun tidak
puas, tapi Neil tetap memaksa. Baru pada hari ke tiga, Arnel mengeluarkan
seluruh yang dia punya. dan DEAL!
Journeypun mengumumkan vokalis baru mereka. Diterimakah oleh
para fans? Amit-amit jabang bayi. Sekali lagi, arnel begitu kecil, imut,
wajahnya Asia bgt. Secara fisik Arnell Pineda dan Steve Perry bagaikan langit
dan bumi. Arnel adalah manusia kampung yang hanya sangat berutung. Menurut para
fans, Arnel tidak akan tahan 6 bulan bahkan para die hard fans Journey
memanggilanya momyet dan babi. Lalu apa kata Arnel? Dengan segala kebijakan dan
kerendah hatiannya dia barkata,
“Aku mengerti, aku pun adalah fans berat Journey. Steve Perry
adalah dewa, aku cuma cacing. Dari sudut pandang mereka aku mengerti. Aku
memaafkan mereka”
Rendah hati adalah kelebihan Arnel, kearifan Asia dalam diri
Arnel membuat tour dunia Journey begitu intim dan mesra. Mengingat ketika itu
usia para anggota Journey telah hampir mencapai kepala enam sudah mencapai
tingkat wisdom kedewasaan yang tinggi, dan Arnel yg berusia separuhnya dapat
mengimbangi mereka.
Bahkan ketika diundang ke acara talk show Oprah, Oprah Winfrey
pun sangat terkagum kagum oleh suara dan kesederhanaan seorang Arnel Pineda.
Jujur sebagi orang Asia Tenggara gue sangat bangga pada Arnel.
Ross Valerie pernah berkata, tour tahun 2012 adalah tour
terhebat Journey sepanjang masa. Dimana dua bangsa dan dua generasi bersatu.
Suasana sangat mengharu biru pada saat Arnel bergabung. Journey yang tadinya
bersiap untuk gulung tikar, malah menjadi lebih sukses daripada sebelumnya.
They’ve back on the road with all the riches and fames.
Puncaknya ketika akhirnya peara pemuja Steve Perry dapat
menerima Arnel. Pada tahun 2017, tepat setelah menyelesaikan konser dunia di tahun yang sama, ketika Journey masuk ke dalam Rock n Roll Hall
of Fame Steve Perry berucap,
“Journey memulai dengan saya, tapi Journey tak akan ada lagi
sekarang apabila tak ada Arnel Pineda. I love that man. I love you Arnel”
Punya temen band jago aja udah berkah, di Journey bukan cuma
jago, tapi ada tiga produser yang bergabung disana. Dan Arnel Pineda nongkrong
bareng mereka.
Dasar para penyanyi Philipina. They never stop to make us
amazed.
Don’t Stop Believin’
Jorney formasi terkini :
Vocal : Arnel Pineda
Guitar : Neil Schon
Piano : Jonatahn Cain
Keyboard : Jason Derlatka
Bass : Randy Jackson
Drums : Narada Michael Walden
Fun Fact: Ketika Journey vakum, Neil Schon dan Jonathan Cain
mendirikan Bad English sebagai pelampiasan mereka dengan merekrut vokalis John
Waite. Lucunya Bad English lebih terkenal di Indonesia daripada Journey berkat
singlenya ” When I See You Smile” yang oleh orang Indonesia hanya didengar dan
direkam di stereo tape deck dari stasiun radio tanpa membeli albumnya. Dasar
orang Indonesia. (termasuk guwe sih)
Iya tau, iya. Sebelum protes dibaca dulu plis.
Dari semua vokalis yang tidak tergantikan, Freddie Mercury ada
di rangking paling atas dengan segalah kemewahannya. Kalau ada yang menepati
rangking dua, dan rangking tiga, rangking ke dua dan ketiga hanya berjarak satu
lantai. Tapi Mercury berada di bulan, jauh dari pemilik rangking dua.
Freddie dapat menyanyikan apa saja, Hard Rock, Rockabilly,
Evergreen, Klasik, Disko, sampai Gospel. Brian May begitu dimanjakan ketika
mengaransemen lagu untuk Queen karena kepekaan Freddie terhadap Musik. Belum
lagi dia mempunyai sesutu yg disebut “Jenius” banyak vokalis cerdas di dunia
rock n Roll tapi jenius hanya dimiliki oleh Freddie Mercurie dan John Lennon.
Kebebasan diri seorang Freddie Mercuri tidak bisa dihentikan
oleh ruang dan waktu, begitu bencinya Sid Vicious dari Sex Pistol kepadanya,
karena Freddie berani memakai spandex balet kotak2 lengkap dengan sepatu balet
ketika manggung. Bagi Sid, Freddie mengotori nilai2 Rock n Roll dan idelogi
Punk yang harusnya jantan dan macho seperti lagu2 Sex Pistols.
Bagi Freddie lagu rock tidak melulu harus keras dan maskulin. Hati lembut dan musikalitasnya yang di luar nalar menghasilkan hits-hits Queen yang luar biasa rumit : Killer Queen, Who Wants to Live Forever, My Melancholy Blues, Love Me Like There is No Tomorrow sampai Seaside Rendevous adalah nomor-nomor overrated Queen yang tidak akan dimengerti oleh para fans pemula. Karena Freddie Mercury adalah dewa.
Tuhan telah berbicara lain dan Innuendo adalah album terakhir
Queen.
Di album tersebut seluruh manajeman Queen tahu Freddie sakit,
tapi sakit apa mereka tidak tahu, Yang tahu hanya sahabat baiknya, Brian May.
Ketika take track terkahir “The Show Must Go on” Freddie sedang
sakit sesakit sakitnya, hingga Brian sangat mengkhawatirknnya
“Kau tidak perlu melakukan ini sekarang Fred” ujar Brian,
Namun Freddie menjawab “I’ll fuckin' do it darling”
Dan Freddie melibas vokal “The Show Must Go On” dalam satu kali
take. Ya materi vokal yang luar biasa itu dalam SATU kali take!
Begitu seringnya Freddie mengucapkan kata “Darling” sehingga apa
yg keluar dari mulutnya terasa hangat. Pernah ketika tahun 70an ketika Queen
sedang manggung seseorang berteriak kasar mengumpat Freddie. Lalu Freddie
manghentikan bandnya ketika semua sepi dia bertanya pada orang itu
“What was that, darling? Can you say it again?” katanya kalem.
Orang itu pun terdian, terkesima oleh kelembutan dan karisma
luar biasa seorang Freddie Mercury.
Sampai akhirnya kekuatan besar sejati mengambilnya dari kita.
Setahun setelah wafatnya Freddie, Wembley begitu sesak dipenuhi
oleh para fans dan Rocker dunia. Extreme, Elton John, Cindy Lauper, George
Michael sampai Guns N Roses memberikan penghormatan terakhir bagi Freddie.
Ketika acara selesai dan mereka meninggalkan panggung, Joe Elliot dari Def
Leppard menarik May
“Brian, tetaplah di panggung. Lihatlah itu. Ini mungkin terakhir
kalinya untukmu” ujar Elliot kepada May sambal menunjuk kearah ratusan ribu
penonton yang gegap gempita seperti ingin memanggil arwah Freddie kembali ke bumi. May
pun menyerap moment itu dalam2.
“Berakhir sudah.” Pikirnya.
Setelah mengalami berbagai hal paska kematian Freddie, John
Deacon sadar bahwa dirinya bukanlah seorang performer sejati. Walaupun sukses menulis beberapa hits untuk Queen namun Deacon selalu bersembunyi
dibalik keglamouran Freddie, yang mana sekarang setelah Freddie tiada dia tidak
tahu harus bersembunyi dimana. Wartawan dan fans selalu mengejar Deacon sampai
dia akhirnya muak luar biasa dan mengundurkan diri dari Queen.
John Deacon benar benar kehilangan sahabatnya, kehilangan Queen,
kehilangan karir lebih dari itu dia seperti kehilangan arah hidup.
Di pihak lainnya, May dan Taylor tetap mencoba menolak kenyataan bahwa mereka
harus berhenti. Fans pun tidak siap. Sampai diputuskan Queen harus tetap hidup
dengan memberikan suntikan baru yang dipercayakan kepada seorang vokalis
Rock-Blues brillian Paul Rodgers.
Beberapa tour dijalani oleh mereka dengan nama Queen + Paul
Rodgers. Namun vokal blues dan soul Rodgers bukan yang dicari May dan Taylor,
vokalnya amat tidak nyambung dengan lagu2 Queen yang menuntut suara Tenor yang
membahana, bukan suara blue-grass yang seksi.
Adalah Phillip "Spike" Edney, keyboardist tour Queen
yang melihat Adam Lambert di American Idol. Dia begitu terpesona dengan suara
anak muda ini. Bukan hanya suara, namun juga karisma dan pembawaan Lambert
begitu luwes dan apa adanya.
Ketika itu dengan tololnya Simon Cowell menolaknya, sedangkan
Randy Jackson begitu terpesona. Randy pernah bekerja dengan Journey ketika untuk
sementara menggantikan Ross Valerie. Ia sangat mengagumi materi suara
teateritikal penuh perasaan ala Steve Perry.
Spike begitu ngefans dengan Lambert dan selalu mengikuti sepak
terjang Lambert di American Idol, sampai dia berbicara dengan Brian May, untuk
menanyakan adakah kemungkinan Queen bekerja sama dengan Lambert? May ragu
karena usia Lambert begitu muda.
Tapi jodoh memang tidak akan kemana.
Dengan bekalnya sebagai ex-company Wicked di Broadway, Lambert
melibas panggung American Idol, dan ia begitu bahagia ketika sesaat namanya
masuk kedalam final ia mengetahui bahwa Queen akan menjadi band tamu di
Final nanti.
Adam begitu nge-fans dengan Queen. Pertemuan pertanya dengan
lagu Queen adalah ketika sang ayah mengajaknya pergi ke bioskop untuk menonton
Wayne’s World. Adegan klasik Wayne cs ber-head banging di mobil sambil
mendengarkan interlude Bohemian Rhapsody sangat menggelitiknya untuk membongkar
album2 lama Queen milik ayahnya. Dari situlah kemudian Adam mempelajari dan
kemudian mengangumi seorang Freddie Mercury.
Sangat salah dan teramat dangkal bilang kita menduga benang
merah yang menyambungkan Adam dan Freddie adalah karena mereka berdua gay. Bukan itu, mereka berdua adalah dua sosok yang sangat jujur pada diri sendiri,
berani, cerdas dan sangat tidak memperdulikan apa kata orang.
Ketika itu American Idol adalah sebuah acara keluarga,
sebenarnya pihak TV sudah mengingatkan Adam untuk tampil lebih konservatif.
Karena Adam seperti ingin memberitahu seluruh dunia kalau di dalah seorang gay.
“But this is me. It’s truely me” protesnya kala itu.
Media pun mengejar meminta kebenaran apakah benar dia gay?
Dengan kocak dan ceplas ceplos Adam menjawab,
“Can’t you tell?” ucapnya bodo amat.
Cuek, nyinyir dan lugas. Persis seperti Freddie.
Dan mungkin karena kejujurannya sebagai gay, Amerika tidak
memilihnya sebagai pemenang, Lambert hanya meraih runner up. Tapi bernyanyi
dengan Queen adalah salah satu mimpi yg tak pernah terlupakan. Sementara itu,
diam diam Brian May dan Roger Taylor merasakan koneksi yang amat kuat ketika
berinteraksi dengan Adam. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa apa, karena
sebagai runner up Adam akan di booked selama setahun kedepan oleh perusahaan
rekaman dan promotor. May dan Taylorpun tetap memendam asa masing masing.
Menjadi artis solo jebolan American Idol tidak mudah bagi
seorang gay. Bangsa yang mengaku sangat terbuka ini menunjukan ketidak sukaanya
kepada Adam. Hanya berselang beberapa bulan, kesuksesan tidak seperti yang
dimpikan olehnya. Lagi lagi Spike mendengar kabar ini dan langsung menelpon
Adam menyakan apakah dirinya bersedia menyediakan waktu latihan bersama May dan
Taylor. Dan kita tahu jawaban Adam.
Tidak perlu waktu lama bagi management Queen untuk mengontrak
Adam, tour pun disiapkan dengan merk Queen + Adam lambert. Kedua kubu fans pun
bersuka cita. Di kubu Adam Lambert ini adalah suatu kehormatan besar dan di
kubu fans Queen, mereka juga memuja Adam sejak menyanyikan Bohemian di audisi
American Idol. Klop
Sekarang Adam Lambert tampil begitu perkasa bersama Roger Taylor
dan Brian May. Yang menakjubkan adalah vokalnya seperti tanpa cela. Tekniknya
begitu sempurna. Pedidikan theater benar benar menempanya menjadi seorang
rocker kelas wahid sekaligus performer sejati. Sejak bergabung dengan Queen
entah setan apa yang merasuki dirinya, sehingga dia mempunyai range suara yang
sangat luas dan sempurna.
Adam bagaikan ramuan keseksian George Michael dan disatukan
dengan Indahnya keanggunan Liza Minelli plus suara yang tidak bisa dibandingkan
dengan siapa siapa. Semua begitu berasa mengalir dan orisinil. Semua nomor hits
Queen dilibas habis olehnya. Karena Adam telah berlatih lagu lagu Queen sejak
dari remaja
Ada satu momen ketika Queen tampil di Isle of Wight Festival,
sehari sebelum Queen manggung, terjadi penembakan liar di sebuah SMA di
Orlando. Adam begitu terpukul. Sehingga kemudian ia mendedikasikan “Who Wants
To Live Forever” di festival tersebut bagi para korban dan keluarga dan itu
adalah suara paling indah yang pernah dinyanyikan oleh seorang vokalis.
Roger Taylor begitu tergetar hatinya sampai ia diam diam
meneteskan air mata dibalik kit drumnya. Ketika itu Brian May begitu terpukau,
sehingga ia lebih memilih melihat Adam bernyanyi daripada menghadap penonton,
begitu indahnya.
Ketika itulah manajeman Queen menganggap pembabtisan telah
selesai dillaksanakan. Queen telah menemukan vokalis baru. Bukan pengganti
Freddie Mercury. Tapi ini adalah Adam Lambert dengan segala kejujuran dan
keunikan dalam dirinya.
Bayangkan apabila Freddie masih hidup sekarang, dia sakit dan
tidak bisa meneruskan bernyanyi bersama Queen, Dia pasti akan bangga akan
penerusnya tersebut. Brian May sendiri pernah mengatakan, apabila Adam dan
Freddie bertemu, mereka akan duduk dan berbicara berjam-jam tanpa henti. Mungkin bahasa premannya : genggeusnya mirip!
Freddie telan membuka pintu seluas-luasnya untuk Adam
mengkerpresikan diri apa adanya. Spandex hitam putih, topi polisi, jubah
kerajaan, jaket kuning, sepatu balet –nya yang kini secara otentik diteruskan
oleh Adam dengan eye shadow yang tebal, jaket kulit warna warni dengan bulu
bulu eksentrik dan sepatu berhak tinggi. Mengukuhkan bahwa ia adalah seorang
vokalis Queen saat ini. Walaupun masih dengan nama Queen+Adam Lambert, rasanya
tidak ada seorang pun yang keberatan dengan nama itu.
The Show Must Go On!
Queen Formasi terkini :
Gitar – Brian May
Drums – Roger Taylor
Vokalis - Adam Lambert.
Mengalir tanpa jeda, ngawur tapi asik, rap writer
ReplyDelete