15 Album Musik Indonesia Terbaik Sepanjang Masa (Versi Gue)
Jaman dahulu, sebelum ada teknlogi pemuas narsis yang bernama
youtube, konon para musisi setengah mati membuat karnyanya yang lalu
dikumpulkan menjadi satu dalam sebuah koleksi yang disebut “Album Musik”
Tidak seperti para adik2nya yang keganjenan dan tidak sabaran
untuk terkenal, mereka mengumpulkan lagu itu satu persatu, dikembangkan secara
detail. Setiap nada dan tiap cerita diproduksi dengan uang yang cukup besar.
Pembuatan album sangatlah rumit karena harus dalam pengawasan
seorang sipir bernama produser
Sipir ini sangat galak, namun sangat berbakat. Dia adalah peta
bagi semua bajak laut untuk mendapatkan harta karunnya. Konon katanya dahulu
untuk membuat album yang berisi 12 lagu, dibutuhkan 10 samapai 20 lagu cadangan
lainnya agar mengamankan kualitas album tersebut
Itulah yang membedakan album dengan single. Apalagi single indie
tanpa pengawasan produser yang berbakat.
Tulisan ini berisi 15 album dalam negeri yang sangat gw kagumi, dan dampaknya bagi musisi2 muda sekarang. Lebih dari itu, gw berharap album2 kesayangan gw ini dapat menjadi cetak biru permusikan Indonesia kedepannya.
15. Planet Cinta (2011) – Naif
Kreatifitas Naif sejatinya adalah memasak cita dan rasa mereka melalui harmoni dan lirik retro 70an. Dari album pertama “Naif” sampai puncaknya di album “Retropolis” Naif mengukuhkan band-nya adalah yang terbaik dalam genre retro. Bahkan Album “Naif” menempati 150 album terbaik Indonesia versi Rolling Stones, sampai mereka semua akhirnya dewasa dan menikah.
Kenapa harus banget gw bilang “menikah” segala sih? Rupanya
pendewasaan Naif dalam berlagu terllihat sekali dalam lagu2 cinta mereka. Naif
yang dulunya cuek dengan sound dan produksi, kemudian mulai memperhatikan sisi
“terang” itu. Naif yang tadinya hanya menjual lirik2 lucu dan syair gombal,
kemudian sudah mulai berani menjajal pendekatan musik dan lirik yang lebih
dewasa
Pura2 dewasa. |
Dan semuanya dimulai dalam album “Planet Cinta”
Dimulai dengan lagu “Cuek” Bass Emil begitu kuat menggema,
seperti seorang bassis progresif rock kelas atas. Lalu seperti tidak biasa,
Jarwo mengolah gitarnya tidak lagi seperti orang ngamen.
Tapi jauh lebih eksperimental dan futuristis. “Ini bukan Naif”
Begitu pikiran pertama kali mendengar “Cuek” Sampai David bernyanyi…”Naah ini
baru Naif” sebuah lagu dengan beat four on the flour yang sederhana, namun
sangat progresif
Sampai ke lagu yang mampu merubah image Naif kalau mereka bukan
mahasiswa2 IKJ yang centil dan badung lagi. Lagu “Karena Kamu Cuma Satu”
merupakan lagu cinta yang sempurna, liriknya yang sederhana justru menguatkan
image Naif sebagai penyair elit di dunia Indonesia.
“Karena Kamu Cuma Satu” masih mengusung root mereka, retro 70an.
Sebelumnya Naif tampak menggila dan sedikit “asal” dalam menggarap genre ini.
Seperti “Mobil Balap”, “Piknik ‘72” dan “Towal Towel” . Karena kamu Cuma satu
benar2 mengingatkan kita ke era emas musik 70an, dimana disitu ada Ernie
Djohan, Berlian Hutahuruk, Panbers, dan Rachmat Kartolo dan Naif terus mengusung
genre ini dengan setia sampai saat ini. “Berubah” adalah salah satu single
mereka yang ditulis dan berkomposisi sangat baik.
14. Format Masa Depan (1994) – Dewa 19
Album ini sangat WOW! Setelah album pertama, Dewa seperti
melepas singa kedalam album ini sampai ngacir kemana2. Ambyar!
Tapi perlu diingat, rock-nya dewa kala itu bukan lah seperti
Slank ataupun God Bless. Dewa lebih memilih Ballad rock ala ala Fire House
ataupun Bad English yang memang sangat popular di medio 90an.
Namun luar biasanya album ini biarpun sangat ngerock, tapi mampu
merekrut fans cewek untuk masuk menjadi Baladewa (fans Dewa), karena
ketrampilan mereka membalut lirik2 cinta dengan balutan sound yang megah (dan
tepat)
Rata2 kemampuan personil Dewa kala itu masihlah sangat terbatas
dibanding dengan band Jawa Timur lainnya). Sebagai jebolan band Surabaya, tak
satupun personil Dewa yang mempunyai CV Festival Rock Log Zhelebour, sebuah
festival yang sangat bergengsi untuk para rocker2 jawa timur , sebuah festival
yang menelurkan para rocker dengan kemampuan bermusik yang sangat tinggi. Sebut
saja Piyu dan Yoyok Padi sampai Totok Tewel. Namun tak ada satupun personil
Dewa yang pernah merasakan kawah candradimuka itu
Betapa miripnya Dhani sama Dul Djaelani. Di saat ini Dewa baru saja kehilangan Wawan, lalu digantikan sementara oleh Rere (eks Grass Rock) |
Dewa membuktikan skill bermusik adalah bukan segalanya, lewat
album ini mereka membuktikan band seutuh utuhnya. Ahmad Dhani bolehlah menjadi
penulis lagu utama, namun dengarlah permainan keyboardnya, tidak egois meraung
merengsek meminta solo seperti keyboard Indra Qadarsih bersama Slank. Dhani
lebih nyaman mengumpet dan memberikan warna dibalik permainan temannya.
Jatah bermusik dibagi raya antara Rere sang drumer dan alm.
Erwin yang seperti seorang pendiam dibalik perangkat bassnya. Sedangkan jatah
lebih diberikan kepada Andra Ramadhan, seorang gitaris terbaik Indonesia, yang
kadang terlalu sangat setia pada Dhani sehingga kemampuannya sering salah
diperhitungkan di dunia musik Indonesia. Andra adalah gitaris favorit gw, dia
adalah perpaduan antara Vito Bratta dan Ritchie Blackmore. Permainannya sangat
rapi dan kaya nada namun tepat menusuk hati.
Sang rocker yang casual. Visioner dan komposisi gitarnya itu loh...trengginas! |
Namun di Album ini bintangnya tidak bukan dan tidak lain adalah
ya siapa lagi kalau bukan seorang maestro yang bernama Ari Lasso. Vokal Ari
sangat tinggi dan tebal, seperti anak nakal yang selalu bisa menjawab
pertanyaan ibu gurunya. Bandel tapi pintar, dia adalah versi mungil dari Ian
Gillian minus serak.
Tak ada nada yang terlalu tinggi buat Ari. Semua dilibas dengan kemaskulinan vokalnya |
Di album ini Ari Lasso bukan hanya memberikan suara emasnya,
namun juga memberikan nuansa era rock cinta2an yang sangat manis yang akan
diingat dan di simpan di hati para muda mudi penghuni era itu sampai kapanpun.
Saking membekasnya warna vokal Ari, ketika ia keluar dari Dewa dan memulai solo
karir, apapun bentuk lagunya seperti Ari mempunyai Genre musik sendiri. Pop
bukan, rock bukan, lalu apa dong? Ya lagunya Ari Lasso.
Era album ini adalah era ketika Dewa seperti sangat sedang jatuh
cinta. Cinta polos yang sangat memabukkan. Semua terjawab di lagu “Sembilan
Hari Bersamamu” Dhani tampak tidak rela memberikan vokal ini kepada Ari. Anggap
saja ini lagu untuk Maya ketika mereka pacaran
Intinya album ini selain memberiakan dua
kualitas. Pertama kualitas band papan atas. Seluruh lagu ditulis dengan matang
dan profesional.
Kedua nuansa seksi. Dewa memberikan nuansa asmara “yang lagi
lucu-lucunya” sekaligus mempunyai sisi erotis, seperti memberikan anak2 90an
soundtrack untuk ciuman pertama mereka, atau malah lebih dari sekedar ciuman.
Ayo ngaku! Hihihihi.
13. Pemuda (1979) – Chaseiro
Entah kenapa anak2 UI ini udah susah2 masuk UI, di kampus malah
sibuk sama UKM-nya. Salah satunya band amatir. Sampai sekarang masih ramai
acara soft skill anak UI dalam seni yang diberi naman “UI Art War” (lomba seni
antar fakultas, pernah jadi juri soalnya, hehehe) dan sekali lagi memang salah
satu cabangnya adalah Band.
Kompetisi band yang kyk gini yang membuat kampus UI dari jaman dulu subur musisi |
Chaseiro mungkin adalah awal cerita dari seluruh band band
amatir Universitas Indonesia yang memulai karir amatirnya di lingkungan kampus
dan sampai sekarang mempunyai imbas besar terhadap adik2 almamaternya dalam
bermusik.
Perlu diingat dari medio 70-90an band2 kampus di Jakarta seperti
pasukan pemuda kelaparan mencari jati diri dari musik. Membuat berbagai macam
demo dan hidup seperti menggelandang dari satu studio ke studio satunya tanpa
kepastian kapan dikontrak (meminjam istilah temen SMA gw) namun suasana itu
memberikan energi kreatifitas yang luar biasa.
Tersebutlah band2 jebolan kampus atau jebolan kompetisi kampus.
Dari UI sendiri sekarang contohnya ada yang paling terkenal adalah RAN, dan
mungkin yang paling lucu imut dan segar ada band indie bernama “Biru Muda” para
calon psikolog ini membuat satu single yang sangat ber-vibe 80an yang gak bisa diremehkan. Bukan hanya
itu, dosen2 merekapun hobi nge-band yang terkenal dengan nama “The Professor Band” Bukan maen dah ah.
Demikian dengan Chaseiro. Dipimpin oleh mahasiswa fakultas
ekonomi UI yang bernama Chandra Darusman, yang mengumpulkan mahasiswa berbakat
lainnya. Membuat album “Pemuda” ini dengan sangat easy listening, namun dibalik
semua itu ngumpetlah chord2 maut yang lumayan menjelimet.
Suatu anugrah sebenarnya dapat merangkai beberapa pattern chord rumit
menjadi lagu sassy and easy pop. Bukan pekerjaan yang tidak mudah. Ya tapi mau
ngomong apa? Chandra Darusman gitu loh. Seorang visioner yang sangat memberikan
influence kepada almamaternya di UI. Bahkan sebuah festival Jazz atas usulnya
masih berkibar di FEB UI sampai sekarang yaitu “Jazz Goes To Campus”
Sang maestro yang DNA musiknya sudah seperti mengakar di setiap event permusikan UI, Chandra Darusman juga sudah dianggap salah satu tokoh penting di dunia musik Indonesia |
Lihat deh band band UI, sangat jarang yang memainkan musik rock
murni. Influence seorang Chandra Darusman sangat kuat didarah mereka. Sistematis
penulisan lagu mereka sangat akrab dengan city pop, R&B sampai mild Jazz,
Jazz anak muda lah. Bahkan RAN sudah seperti mempunya arah bermusik yang sangat
jelas.
Pemuda, baik single ataupun albumnya mungkin tidak semegah album
Chrisye ataupun Gypsy pada saat itu (walaupun momentnya berdempertan) namuan
cukup memberikan cerita kepada penggemar setianya. Bahkan single “Pemuda”
seperti sudah menjadi anthem hari sumpah pemuda setiap tahunnya, lebih dari
itu, malah sering juga menjadi theme song acara olah raga ataupun musik.
Pokoknya semua yang berbau pemuda ya pasti lagunya “Pemuda”
12. Jilid 2 (1994) – Padhyangan Project
Sebelum ada Project Pop, beken dulu kakak2 mereka dari Bandung yang bernama P Project, dengan salah satu albunya yang kesohor.
Ini sama sekali bukan album orisinil. Namun album parodi. Ya
sebuah album parodi yang sangat segar serta menyuntikkan serum ketawa yang luar
biasa manjur. Siapapun yang mendengar kan album ini akan terkena serangan
rahang kaku dan menderita kejang2 perut. Orisinil dalam bentuk baru.
Rata2 semua vokalnya fales, dipaksakan, keabisan napas, out of
tempo dan waduh gimana ya…kasihan deh. Karena anggota PP ini memang bukan
penyanyi. Mereka hanya para mahasiswa Universitas Padjajaran dan Parahyangan
Bandung yang hobi membuat ketawa teman2 kampusnya. Sementara para teman2 paduan
suara di kampus sibuk melatih suara emasnya, mereka dengan semena2 membuat
album parodi dengan vokal yang amat teramat pas pasan. Cuma ya lucunya disitu.
Inget banget pertama denger lagu ini gw ketawa sampai guling2an bareng kakak
gw. Apalagi kita bertiga kelahiran Bandung, jadi nyambung bgt sama logat2 sunda
Padhyangan Project ini.
Terinspirasi oleh Al “Weird” Yankovic yang memparodikan lagu2
pop Amerika, tidak jauh dari itu PP juga memparodikan lagu luar dan dalam
negeri. Dibuka dengan “Nasib Anak Kos” yang memparodikan lagu Janet Jackson
“That’s The Way Love Goes” sampai acapella Boys II Men “In The Still Of TheNight” mereka perkosa asal2an menjadi “Waktu Istirahat” dengan penuh narasi
berlogat Bandung yang kental. Nirvana sampai Air Supply pun menjadi sasaran
mereka juga.
Yang paling nekat adalah ketika mereka memparodikan “A Whole NewWorld” menjadi “Kalau Sempet” Daan Arya sebagai vokalis utama (hadehh vokalis
utama…sigh) harus berduet dengan Sita Nursanti, personil dari kelompak vokal Rida, Sita,
Dewi yang sangat terkenal saat itu. Kredit gw berikan kepada Sita, yang dapat
menyamakan vokal Daan ke level terbawah dalam karir profesionalnya, hahahahaha.
Sita Nursanti yang sangat amat penyabar dan tahan ketawa |
Mungkin yang paling seru adalah lagu James Brown “I Feel Good” menjadi “
Gw membayangkan betapa seru dan lucunya pembuatan album ini yang
juga didukung oleh para personil Java Jive untuk aransemennya. Pokoknya ini
adalah proyek kreatif anak2 musik Bandung lah. Bodor teuing.
11. PSP (1979) – Orkes Moral Pancaran Sinar Petromak
Ketika Chandra Darusman mungkin sudah kelewat pintar dan menjadi
terlalu serius. Beberapa personil Chaseiro memulai proyek baru untuk menghibur
diri mereka sendiri sembari nongki2 di kampusnya. Lalu karena hal konyol
nyangkut ke hal konyol berikutnya maka terciptalah kelompok dangdut plesetan.
Jaman2 ngisi acara di UI Rawamangun |
Lagunya jangan ditanya, nyeleneh semua
Karena suatu hal gejolak politik tahun’78 dan memaksa kampus2 di
Jakarta untuk mogok kuliah. Sehingga kampus menjadi kosong. Chaseiro pun sempat
vakum
Untuk menghindari vandalisme dan provokator dikampus, maka
beberapa mahasiswa Fisip UI (dulu namanya FIS UI) tergerak untuk gotong royong
menjaga kampus mereka UI Rawamangun.
Satpam Kampus |
Bukannya jaga kampus, eh mereka malah menciptakan suatu orkes
melayu (dangdut) dengan alat seadanya, sitar,ukulele dan gitar pinjaman senat,
kendang entah dari mana. Suling bambu punya orang tua, sampai kaca mata hitam
super norak yang wajib dipakai tiap manggung. Pokoknya harus sedangdut mungkin.
Namun istilah Orkes Melayu ini diplesetkan menjadijadi Orkes
Moral. Terinspirasi oleh gerakan moral mahasiswa kala itu ditambah dengan
syahdunya cahaya lampu petromak teman mereka begadang menjaga kampus, lahirlah
Orkes Moral Pancaran Sinar Petromak
Kalau mau norak, norak aja sekalian. Siapa yau jadi legend.
Itulah persis yang dilakukan OM PSP. Legenda lucunya mereka cuma kalah dari
Warkop DKI (yang ujung2nya anak2 UI juga) Lagu nyeleneh macam “Fatime” , “Bapak Dapet Lotre” sampai “Gaya Mahasiswa” terus menghibur sampai
sekarang
Sampai diujungnya album ini mengilhami seorang produser untuk membuat film tentang kehidupan para mahasiwa kere dan malas yang kerjanya cuma main, cewek, jajan dan ngutang berjudul “Manis Manis Sombong” sampai ke film berikutnya “Orang Orang Gila” Tiba2 Monos, James, Ade, Aditya, Dindin, Andra,Omen dan Rojali terkenal instan di dunia musik dan perfiliman. Bahkan mereka sempat dibilang pengganti Warkop DKI
Kalau Chaiseiro menebarkan DNA musiknya kepada adik2 UInya lewat
panggung2 musik elit. Namun musik dangdut PSP selalu bergema di lorong2 gelap
dan kantin2 kampus di seluruh Indonesia. Ketika lagu pop dan rock habis
dinyayikan, selalu ada yang nyeletuk ;
“Dateng di kampus bawa buku tebel tebeeeel”
Pasti yang lain langsung nyaut “Dandanan nyentrik begaye model
propesoorrr”
Lalu mahasiswa fakultas lain yang kebetulan lewat ikutan nebeng
“Ngaku dirume berangkat pergi kulie”
Dan gak sadar tukang bakmie dan sate kantin ikutan juga “Padahal
sih nyasarnye ke kantin jugeee”
Dan ketika itu seluruh kampuspun larut bernyanyi dalam haru biru
:
“Terojing rojing, rojing rojing weewweeewwwweeww”
Asoy!
10. Topeng (1994) – Iwa. K
Sebesar apa seorang Iwa. K di tahun 90an? Bisa dibilang kira2
begini; Buat sebagian besar cowok ABG kala itu mereka cuma mau jadi dua orang:
Michael Jordan atau Iwa. K. Dan bagi cewek, dapat pacar paling keren ya, jago
basket seperti Michael Jordan atau bisa Rap kayak Iwa. K
Flow yang asik, lirik yang brilian adalah rumus matematik Iwa K |
Dekade 90an adalah dekade yang paling kreatif dari semua dekade
yang pernah ada. Tanpa mengecil kan dekade sebelumnya, tapi 90an mempunyai
magnet tersendiri. Arus kebebasan informasi masuk tanpa ada hentinya tanpa
diimbangi oleh sensor yang baik.
Tapi sisi baiknya aja lah kita lihat.
Kalau pada dekade 80an, para musisi asik dengan cirinya
tersendiri, musisi 90an seperti ingin menyerap semua budaya musik barat yang
ada. Macem2 bentuknya, mulai dari boyband, heavy metal, grunge sampi Rap
Ketika itu tata Rap dunia sangat didikte oleh West Coast (Los
Angeles) dan East Coast (New York) mereka saling berperang lewat diss diss
sadis yang dituang dalam album mereka, bahkan lebih dari itu mereka saling
bunuh.
Tapi itu tak terjadi dong Indonesia, karena kita punya seorang
Iwa K.
Iwa menembus dunia pop Indonesia dengan sangat cerdas. Ia sadar
sekali kalau pasar Indonesia tidak bisa ditembus dengan Rap masalah sosial
apalagi bunuh2an seperti di USA. Dan Iwa pun secara gak sadar menciptakan kata
“kearifan lokal” sebelum kita kenal. Ya Rap Iwa adalah Rap dengan kearifan
lokal.
Dalam hits di album pertama, Iwa menulis “Kuingin Kembali” yang
sangat amat romantis. Terinspirasi dari Rap “C U When You Get There”-nya Coolio
atau “Crossroads” milik Bone Thugs and Harmony, Iwa menyelipkan reff yang
sangat R&B dalam bentuk nyanyian
“Selama menteri bersinar, ku akan berharap kasih ini tiada
pudar”
dan lagu ini sangat enak didengar di mana saja, dalam mobil, di café, ataupun nongkrong sama teman. Iwa gak terlalu peduli dia mau disebut Rapper atau R&B singer.
Sampai di album ke 2 : Topeng
“Topeng” meledak semeledaknya di pasaran. Album kedua ini muncul
bukan hanya di saat yang tepat namun juga diluncurkan dengan swag maksimal,
bahkan kaum 90an belum mengenal istilah swag kala itu.
Basket, Rap dan MTV membuat video klip hits “ Bebas” menjadi
legenda sampai sekarang. Lirik dan melodi yang riang sangat mewakili jiwa anak
muda kala itu. Bebas mengajarkan kita dengan kalem untuk menjalani hidup dengan
santai. Video klipnya ya Tuhan. Begitu segar dan seksi. Tak terbayangkan Sarah
Sechan yang sekarang sudah emak2, di video klip itu bercelana jeans pendek dan
ketat berjoget dengan spandex biru punggung terbuka yang seksi berdansa dengan
lawan jenisnya yang memain2kan lidah.
Generasi millennial pun akan terbuat terkaget dan terkagum2
dibuatnya “Ih kok seksi bgt sih? Ih kok gak dilarang pemerintah sih? Ih kok gak
digrebek FPI sih?” Kasiyan ya mereka. padahal kan FPI udah bubar jalan (hore)
Pada tahun 2019, film “Bebas” mencoba mengcapture ke-swag-an bebas lewat Bebas versi Milenial, ini maap aja yah..aku jijay lihatnya hihihihi. Gw mereasa seluruh masa 90an gw direnggut oleh anak kecil tak berdosa yang terobsesi dengan gemerlapnya K-Pop, tapi K-Pop Syariah. Itulah yang membedakan generasi milenial dengan generasi asli Iwa. K ; Soul!
Album Topeng adalah jiwa Iwa.K sebenar-benarnya. Lebih dari itu
album itu seperti mewakili generasinya. Cara berpikir, bergaul dan gaya hidup.
Lewat topeng Iwa.K seperti menjadi maha guru untuk generasi Rap 90’an.
Sampai saat ini Iwa.K masih dianggap pelopor rap di Indonesia,
dari Sweet Martabak, sang jenius Saykoji, sampai sang superstar Rich Brian,
semuanya mendewakan seorang Iwa Kusuma
9. Energy (2006) – The Upstairs
Udah ah jangan ngatain Milenialis mulu, mereka tuh keren tau.
Salah satu bukti mereka keren adalah teknologi dan kemampuan menyelanggarakan
pensi2 mewah. Bayangkan sebuah SMA bisa mengumpulkan dana untuk membayar
penyanyi atau band papan atas. Plus mencari sponsor sampai mengorganisir
seluruh acara dan itu dilakukan oleh remaja belasan tahun yang uwuwu.
The Upstairs adalah gembong dari segala gembong pensi di masa
jayanya. Boleh dibilang dimana ada pensi pasti ada The Upstairs.
Vibe 80’s The Upstairs bukanlah semacam R&B ataupun pop.
Tapi mantap : Disko. Yes The Upstairs adalah band disko asli Indonesia dengan
segala gemerlap dan kegaduhannya.
Para pejuang Millenial New Wave |
Sebenarnya penerapan kata “Disko” kurang tepat bagi mereka.
Entah kenapa genre itu menjadi terselip? Disko sebenarnya adalah genre yang
lahir tahun 70an, sedangkan pada tahun 80an berkembang menjadi suatu genre baru
bernama “New Wave” dan sebenarnya genre ini lah yang diusung oleh The
Upstairss. Tapi ya sudah lah ya, mereka sudah terlanjur beken dan dicap jadi
band disko.
Sangat terpengaruh oleh New Wave 80an yang sangat ‘elektronik’ The
upstairs mampu dengan baik menyerap semua saripati Depache Mode, Human League sampai Eurytmics dengan penambahan synthesizer yang gegap
gempita.
Lirik The Upstairs sangat absurd, seperti mereka tidak peduli
orang akan ngerti apa nggak, yang penting ini rasa mereka. “Matraman” dan
“Apakah Aku Berada di Mars atau Mereka Mengundang Orang Mars?” adalah beberapa
lagu mereka yang membuat gw mengerenyitkan dahi…nembang opo toh le?
Tapi terselip petunjuk lewat lirik nyentrik seperti ini " Tetabuhan
purbakala telah dilistrikkan " tiba2 semuanya menjadi jelas kalau lagu
Mars ini menyinggung suburnya band2 melayu alay yang hidup di era yang sama
dengnan mereka. Jenius
Tapi berbeda dengan super hits mereka yang ini :
“Double discman, baterai dua A
Speaker aktif jaman sekarang
Mixer hijau second hand
Tata lampu tujuh belasan
Berdansa”
Ini adalah lagu pertama The Upstairs yang gw denger secara
random di stasiun radio kala itu. Gw pun berpikir, duh band apalagi ini ya.
Karena lucu aja ada band Indonesia new wave. Perlu diingat sekali lagi, saat
itu Indonesia lagi diperkosa habis2an sama band2 alay melayu. Kok liriknya
“Darurat pengen bgt disko?” Pikir gw selanjutnya. Beberapa mili detik setelah
berpikir, menggaunglah reffrain athem sejuta umat itu :
“Disko, disko, disko darurat”
Anjiir, seluruh jiwa raga gw merasa langsung nyambung dengan
“Disko Darurat” The Upstairs sangat membuat gw tergelitik, akhirnya gw
memutuskan membeli album “Energy” dan mendengar apa yang sudah lama gw tidak
dengar “New Wave” totally keren bgt.
Seluruh lagu di album ini ditata dengan baik, produksi yang tidk
asal2an dan sampul album yang sangat pop art. Single “Frustasi” sangat bisa
mewakili hati kosong anak muda saat itu. Sering sekali gw dengar Frustasi
dinyanyikan di kalas sekolah, tanpa alat musik.
Hanya meja sekolah yang digebuk dengan birama empat perempat.
Asik sekali mereka berpesta dari Hollywood hingga ke Iran (meminjam lirik
“Digital Video Festival”)
The Upstairs tidak hanya menawarkan pesta pora kesenangan dan
riang gembira di setiap pensi yang mereka sambagi , tapi juga bau matahari
bercampur dengan nistanya bau ketek anak2 SMA ber-disko di lapangan upacara
dalam keriangan abadi bagi generasinya.
Masa2 emas di pensi yang selalu disesaki fans |
Konser2 dan album The Upstairs akan selalu menjadi kenangan
tersendiri. Apalagi sang vokalis Jimi Multazam, yang rajin sekali melontarkan
kata2 kebun binatang dan selangkangan diatas panggung menjadi tato tersendiri
dalam otak para milenial.
8. Kisah Klasik untuk Masa Depan (2000) – Sheila on 7
Tidak sulit untuk mengakui bahwa Eross Chandra adalah seorang
gitaris yang handal. Amat handal. Lebih dari itu Eross adalah penulis lagu yang
ulung. Indonesia beruntung sekali mempunyai musisi seperti Eross. Makanya waktu
Eross jadian sama Astrid Tiar orang lain mah gak rela, gw mah mahfum. Wong
Eross keren, hahahaha.
Eross bertemu dengan Duta di kampung halaman mereka, Jogjakarta.
Duta juga seorang vokalis yang mempunyai ciri khas pada tone suaranya. Dan
kemiripan yang sama dengan Eross adalah kecanggihannya Duta dalam menulis lagu.
Klop. Mereka ada adalah Steven Tyler dan Joe Perry. Walaupun masih ada Adam di
bass dan Brian di drum, Duta dan Eros sudah terlanjur menjadi pasaangan klasik
vokalis dan gitaris dalam sebuah band legendaris.
Air Supply-nya Indonesia |
Sejujurnya, Sheila on 7 adalah guilty pleasure gw, hahaha. Namun gw harus mengakui bahwa karya2 mereka selalu menjadi karya yang klasik. Semua lagu hits SO7 entah kenapa
sangat berkesan. Walaupun nadanya ringan dan lirik yang sederhana, namun sekali
dengar akan tetap memantul2 di otak kita. “Sephia” adalah super hits dalam
album ini. Liriknya begitu pedih namun juga terdengar tulus. Menyatakan
kekalahan akan kegalauhan birahi dan harga diri. Sebuah lagu cinta tanpa kata
cinta.
Lebih dari itu, string section di single ini terasa pas dan
mantap. Tidak berlebihan dan tidak monoton. Semua tertata dengan baik sampai ke
backing vokalnya. The best partnya adalah ketika lagu ini bermodulasi satu kunci
lebih tinggi, semua tercurahkan di bagian pamungkas ini. Sungguh karya yang
jenius.
“Sebuah Klasik Untuk Masa Depan” adalah single yang mengharu
biru, menjadi theme song perpisahan segala perpisahan. Apapun itu. Perpisahan
sekolah, wisuda, pelepasan jabatan, apapun! Di lagu ini kredit gw berikan
kepada sang drummer, tidak gampang membuat komposisi drum lagu ballad seperti
ini.
Contohnya seperti Phil Collins dalam single “In theAir Tonight”
harus ada beberapa versi dalam pengerjaannya. Istilahnya drum harus ikut
“bernyanyi” bukan hanya sebagai pengiring. Dan drummer kala itu, Anton, menulis
part drumnya dengan sangat baik. Penuh dinamika tanpa ngejelimet. Menjadi part
yang padu dengan instrument lainnya sekaligus tetap membimbing tempo.
Sheila on 7 pernah dicap sebagai band alay, tapi apabila gw
menjadi fans mereka dan dicap alay, well I don’t mind at all. Wong Dian Sastro
aja mau kok jadi model video klipnya.
Lagu mereka selalu ada di playlist tiap orang, walaupun didengernya diem2, tapi suka kaaan? |
7. Suit Suit Gadis Sexy (1990) – Slank
Kalau di Jawa Timur heboh dengan festival Log Zhelebour-nya yang
gegap gempita, di selatan Jakarta terselip gang kecil yang bernama Gang Potlot III.
Sebuah gang teduh di bilangan Pasar Minggu. Disitulah Slank terbentuk dengan
nama awal band “Stones Cikini Komplex” karena kegemaran mereka membakawan lagu2
The Rolling Stones.
Singkatnya waktu dan tempat tidak tersdia bagi mereka untuk
membawakan lagu2 The Rolling Stones, barulah nama berubah menjadi “Slank”
dengan modal membawakan lagu2 sendiri, yang ternyata astajim maha gila
Format2 awal Slank, ketika Pay baru bergabung, dan Well Welly masih menjadi vokalis |
Formasi terdahsyat. Udah jangan dibantah! Kaka- Pay - Indra - Bimbim - Bongky |
Album Gadis Sexy adalah album debut Slank yang bukan main gilanya.. Dibuka oleh single Gadis Sexy yang seperti tidak malu2 memperkenalkan kalau mereka adalah band nakal dan cabul. Irama kental rock n roll yang disandingkan dengan lirik yang mungkin kalau sekarang membuat para feminis meriang kejang2. Sungguh suatu formula Rock n Roll yang liar. Dalam lagu ini seperti semua anggota bandnya ingin memperkenalkan diri, mulai dari sayatan gitar Pay yang luar biasa, sampai keyboard Indra Qadarsih yang selalu menemukan jalan untuk memamerkan kedahsyatannya.
Itu belum ngomongin suara sang vokalis; Kaka
Kaka adalah vokalis Rock n Roll kelas dunia. Gw katakan sekali
lagi : kelas dunia! Tidak ada lagu rock yang susah buat dirinya. Mau itu rock n
roll, Hard Rock sampai Ballads sekalipun. A truly word class rocker
Suaranya bagaikan malaikat mabuk. Mentah, seksi dan jantan dan
musikalitasnya yang luar biasa brilian.
Kaka tahu benar kapan harus menjadi seksi, menjadi marah,
menjadi tersinggung, ataupun menjadi sedih, romantis bahkan menjadi mesum.
Tanpa mendewakan siapa2 gw rasa hanya Kaka dan Robert Plant saja vokalis yang
bisa menterjemahkan perasannya lewat tenggorokan secara harafiah.
Dengarkanlah single “Maafkan” vokalnya tiba2 berubah menjadi dewasa dan sangat berwibawa. Fast Forward ke single “Kalah” vokalnya menjadi pahit dan marah, tiba2 di “Bocah” vocalnya menjadi merdu dan bersih.
Makhluk yang bernama Pay Burman lain lagi. Berbadan tinggi besar
dengan kepala gondrong yang penuh senyum ramah. Pay adalah jiwa Slank
seutuhnya. Pay mencurahkan segalanya di album ini, mulai dari riff2 yang
legendaris, petikan merdu sampai melodi gitar yang dapat dengan gampang
dinyanyikan. Tapi dibalik semua kesederhanaan itu Pay adalah seorang Bluesman
sejati denngan permainan skill yang luar biasa dewa.
Sering sekali para gitaris datang ke Potlot, entah itu tujuannya mau belajar atau menantang Pay. Namuan ceritanya selalu sama. Mereka pulang dengan mata nanar dan ketidak napsuan main gitar selama tiga bulan setelah melihat permainan Pay. Ini bukan cerita ngarang. Pay (dan Eet Sjahranie) adalah gitaris Indonesia yang bisa menembus tingkat dunia dengan segenap ke-orisinalitasannya
Haduh siapa lagi, ini belum bahas Indra Qadarsih, anak dari
seniman serba bisa Alm. Titi Qadarsih. Indra ogah hanya menjadi keyboardis
layeran ataupun spesialis intro, gak pake! Dia adalah keyboardis gahar dengan
segala perlengkapan perang dan juga kemampuan sound experiment-nya yang
nyentrik dan brilian.
Sejenis tukang sihir yang mampu bermain genre apapun dalam bunyi apapun. Ditambah kemampuannya menulis lagu dan keberaniannya dalam bereksperimen. Komplit! |
Kalau Jazz mempunyai seorang Indra Lesmana, maka rock mempunyai
seorang Indra Qadarsih, John Lord-nya Indonesia. Bahkan lick blues Indra sangat
keciri, seperti mengukuhkan : ini adalahnya bluesnya Slank. Namun Indra juga
bisa sangat manis. Selain “Maafkan”, dengarlah beberapa lagu tulisan Indra
diuar Slank bersama BIP dengan “Cinta Tanpa Mata” dan beberapa karyanya untuk
scoring film.
Di album Gadis Sexy ini betapa banyaknya irama2 piano dan
keyboard yang begitu melegenda. Bukti kesaktian Indra terbukti ketika ia
meninggalkan Slank, Slank tidak mampu mencari keyboardis secanggih Indra,
mereka lebih memilih memakai playback atau memakai Shyntsizer-nya Ridho di
gitar untuk meniru sound keyboard Indra.
Album hebat dengan segala memori didalamnya. Tak terhitung
berapa orang yang kehidupannya sangat terwakili oleh album ini.
6. 1st (2005) – Maliq & The Essentials
Pernah gak sih lo dengar orang bilang “Assalamualaikum” dan
terdengar sangat keren? Syahdu sih sering. Tapi keren? Gw rasa cuma Angga sang
vokalis Malique and the Essentials yang mampu melakukannya.
Angga melakukan dengan penuh pride dan style di pembukaan album
pertama Maliq lewat single “Sunshine” dan semua anak muda yang menunggu2 album
ini langsung terasa sesak dadanya penuh dengan rasa bangga, bahwa yang mereka
dengar ini bukan band dari Brooklyn atau pun London. Tapi asli Indonesia. PLUS ini bukan lagu cinta, tapi ditujukan untuk Gusti Allah SWT. Respek pun deras mengalir.
"When I'm doubtI pray to youYou lead the way to brighten up my dayDay after dayYou'll always thereYou show the way to brighter up my dayI got sunshine…I got sunshine…I,m gonna get downAnd I'm down for youI raise my hand, call up you're nameAllahuakbar…The one above meI live for you and I'll die for you"
Tanpa harus merajuk ke agama tertentu, tapi berapa banyak sih band top 40 yang berani membuat karya reliji di debut album mereka pada urutan lagu pertama dan melakukannya dengan penuh gaya?
Gw pertama menyaksikan Maliq di Java Jazz dengan modal promosi
temen gw “Ini adiknya The Groove” sebagai fans The Groove tentu aja gw
penasaran. Tapi apa emang iya bakalan sekeren The Groove yang kurang lebih udah
satu dekade menjadi kiblat acid jazz Indonesia
Keren dari lahir |
Acid Jazz? Ketika gw mendengar Maliq untuk pertama kali tersadarlah gw kalau gw udah tua. Acid Jazz udah lewat masanya. Duh. Pantes yg nonton gak ada seumuran gw, rata2 anak SMA tajir yang uwuwu, but they do have a great taste.
Maliq membius gw dengan bagaimana mereka membawakan semua
nomornya dengan sangat smooth dan full of style, tanpa harus sok keren. Gw rasa
mereka emang udah keren dari lahir. Keren bawaan gitu. Malique adalah band
paling keren yang pernah gw tonton livenya.
Lebih dari itu musik Maliq mebuat gw tecengang, mereka mampu
merefleksikan kesenangan mereka pada Jazz dan soul 70an. Tower of Power, Earth,
Wind and Fire, George Duke, serta terdengar sedikit sentuhan Dave Grushin
disana sini. Bahkan kalau gw menutup mata kok rada2 mirip Fourplay
Seperti para pendahulunya, Maliq memulai karirnya sebagai band
amatir yang main dari pensi ke pensi membawakan lagu2 cover dari artis
idolanya. Tapi dari beberapa gagal dalam penerapan ke album. Contohnya adalah
Voodoo. Sebuah grup rock raksasa yang sukses mempunyai fans base yg luas di
Indonesia (bahkan mungkin lebih luas dari Maliq) tapi ketika mereka menelurkan
album pertamanya, semua gagal total. Voodoo terlalu asik dengan lagu orang,
sehingga gagal mempunyai ciri khas tersendiri
1st adalah album yang sangat jenius. Ciri khas adalah jagonya
Maliq dan Essentials. Dalam album 1st yang dimulai dari “Intro” kita sudah
diperkenalkan pada nyali mereka untuk membawakan lagu2 berat dan berkualitas.
“Sampai kapan” yang berkolborasi dengan penyanyi Malaysia, Camelia adalah karya yang sangat dominan di album ini.
Angga dan Camelia bernyanyi begitu santai dan halus. Kalau seksi bukan kata yang tepat,
maka mungkin gw akan memakai kata “intim” untuk menggambarkan vokal mereka
berdua. Their voices are cuddling each other.
Vokal Angga bagaikan Maxwell dengan segala kemampuannya
berimprovisasi pada nada falsetto dan dengan hebatnya berjungkir balik pindah
register ke tone dasarnya, sedangkan Camelia banyak mengingatkan gw akan
keseksian Janet Jackson dan kelembutan Diana Ross, suaranya begitu manis dan
dewasa. Dan semua mereka padu sebagai duet layaknya Donny Hathaway dan Roberta
Flack dalam “Where is the Love” dan mereka ulangi lagi dalam “Terlena” kebayang
kan, lagi pacaran di mobil berdua sambil nyanyi lagu ini.
Sesudah terhanyut dalam irama berat R&B tiba2 kita
dikagetkan dengan irama timur tengah dalam “Tandanya” Walaupun cuma di Intro,
pattern timur tengah ini terus mengikuti lagu samapai ke akhir. Seru sekali
tiap lagu ini dibawakan live “la la la la laaaa” sambil joget dangdut (klo gak
malu).Di lagu ini juga mereka merekrut Jamie Aditya, seorang entertainment
berbakat Indonesia untuk memproduseri sekaligus musik directornya sambil
numpang ngerap Jamaica dikit. Pantes!
Walupun rasanya “Untitled” dan “terdiam” menjadi jagoan di
album ini, rasanya sangat tidak membosankan melewati lagu demi lagu di album
ini. Dan raja di lagu ini adalah lagi kalau bkan “The One” rasanya The One
menjadi anthem semua café, night club sampai pesta kampus dan kelas sekolah.
Bahkan gw pernah dengar “The One” di mainkan di speaker mall,
banyak sekali pengunjung mall yang ikut nyanyi bareng, yang lagi sama pacar,
yang sama temen, sampai yang lagi sendiri. Semua nyanyi di lantai mall tanpa
malu2 bahkan merasa keren.
Ah gila, mungkin tidak kata yang tepat bagi Maliq selain
fenomenal.
5. Living in the Western World (1988) – Fariz RM
Sudah sepaturnya semua musisi Indonesia manaruh rasa hormat dan
mengangkat topi kepada seorang Fariz RM.
Dibalik semua masa gelapnya ketika berusan dengan narkoba, Fariz
adalah seorang musisi sejati. Seorang visioner brilian, lebih dari itu, Fariz
adalah seorang revolusioner musik Indonesia.
Tahun 70an adalah awal2 orde baru berkuasa dan runtuhlah tembok pembatas negeri ini dengan dunia barat. Namun dekade 70 an masih terasa kagok dan kaku. Kerennya norak gitu. Karena remaja saat itu hanya sekedar mencontoh instant tanpa tau esensinya. Misalnya orang barat hobi mabok, yuuuk kita mabok juga.
Beda dengan 80an, mungkin ketika nutrisi dan pendidikan udah
meningkat ya? Hehehe. Remaja 80an adalah cikal bakal remaja kreatif yang kita
kenal sampai saat ini. Di saat yang sama sebutan Pak Suharto pada saat itu
sebagai “bapak Pembangunan” emang ada benernya sih. Bukan janya bangunan tapi
juga fasilitas2 mulai ada dimana2. Terutama di jakarata, salah satunya adalah
Night Club.
“Cinta ditolak disko bertindak” demikian idiom anak2 80an kala
itu. Dikit disko, dikit2 disko. Ebony dan Musro mungkin adalah night club
paling beken saat itu. Tapi tidak ada yang segila Tanamur. Its party everyday
at Tanamur. Dan untuk pertama kalinyalah di Tanamur sang DJ memperkenalkan
Disko Indonesia yang dikenal dengan DiskoRia (Sebagian orang mengenalnya dengan istilah "City Pop")
Tanamur di masa jayanya era 80an, ashoy!
DiskoRia atau City Pop dianggap norak oleh sebagian besar orang, karena tidak
sekeren musik barat. Namun Tanamur cuek. Fenomena inilah yang menggelitik Fariz
sebagai musisi. Jaman sekarang sih kita sudah biasa menganggap negara, bahasa
dan budaya kita keren. Baju “I Love JKT” dan IndONEsia” ada dmn2. Tapi tahun
80an itu diaggap norak. City Pop hanya didengarkan oleh anak ABG yang sedang jatuh cinta, sedangkan para commuter night club lebih menengarkan musik barat. Dan Fariz berusaha menolak ide itu
Sebenarnya Disko Ria tidak dimulai dari Fariz, tapi dari Gang
Pegangsaan ataupun Gypsy. Namun Fariz dengan segala musikalitasnya serta
kemampuan bermusik yang dia punya mampu menebus selera anak muda pada Saat itu
Living in the Western World meberikan nuansa musik yang berat
dengan lirik yang bisa diterima oleh publik. Fariz membuka album ini bukan
dengan disko murni, namun lebih me-mixnya dengan sedikit clave bosanova modern
dan new wave. Permainan keyboard mumpuni yang digabung dengan synth dan sedikit
irama GSP, membuatya terasa keren namun lekat di DNA anak2 Indonesia.
Lagu tersebut berjudul “Iman dan Godaan” yang dibawakan bersama
dengan Dian Pramana Poetra.
Sound bass begitu perkasa, bukan suara bass elektrik seperti di
disko, namun bass listrik konvesional yang dislap dengan diberikan effect
kering ala 80-an.
Liriknya seperti ini :
“Imanku goyah manakala
Kehidupan ini menjanjikan
Semuanya yang kuinginkan
Dari kesukaan dunia
Biarlah dunia ini
Akan porak poranda
Namun keimananku harus utuh
Dan akan slalu terjaga ...
Kepadanya yang esa
Padanya yang kuasa
Seluruh hidup matiku ini
Aku berserah padanya"
Buat di masa itu, jiah paan kerennya lagu reliji gini? Disko
doooong. Namun Fariz meyulap lirik kearifan lokal ini menjadi sebuah lagu yang
sangat catchy. Bahkan lebih dari itu, bisa buat disko! Keren gak tuh?
Belum pulih keterkejutan akan lagu pertama, lagu kedua sudah
meminta jalan. Apalagi kalau bukan lagu legenda sepanjang masa semua genre di
dunia; “Barcelona”
Lagu ini adalah benar2 masterpice dari era 80an. Dimulai dengan
dentuman bass yang unik, pelan, keyboard drum dan perkusi masuk. Secara
perlahan namun pasti lagu ini dibangun semakin kuat dan puncaknya ketika masuk
di reff. Pecah! Irama monoton yang dari awal diperdengarkan tiba2 meledak di
reff “Peluklah diriku mesra. Dalam cinta” dan setelah reff pertama selesai
semua kembali tenang.
Iseng iseng ah menganalogikan lagu ini intercourse, eh maksud gw
making love, halah apapun lah itu
Semua dimulai dari perkenalan, rayuan, mulai cuddling lalu merayu lagi, then foreplay dan tiba semua menjadi liar. Tapi sebelum kemana2 kita santai lagi yuk. We have all the time in the world. Foreplay 2 dimulai! Setelah orgasm ke 2 di reff ke dua, tiba saatnya kenalan dulu lebih dalam, gitar flamenco mewakili pendalaman pribadi yang seksi, kemudian lust turn to love. setelah lirik “Hasta la Vista Mi Amor” tibalah waktunya untuk orgasme ke 3 dan perpisahan.
Maaaaaaaap gak tau kenapa Barcelona ini terlalu seksi untuk
diungkapkan. Buat yang gak setuju silahkan bikin analogi sendiri sambil
dengerin lagunya ya. I love to read it. Im sorry I was low by nature.
Dalam hal ini pun Fariz seperti Eddie Van Halen di negeri seberang, seperti ingin mngembangkan teknolgi Shyntsizer pada masa itu. Sebuah teknologi digital yang memngkinkan sorang musisi menerapkan sound yag belum pernah ada sebelumnya. Untuk mengembakan kenafsuannya akan Shynt fariz lalu mendirikan band-nya yang bernama Superdigi (Super Digital) bersama Eet Syahranie dan Sonny Subowo.
Superdigi, Band studio dan live Fariz RM, bersma Eet dan Sonny inilah sound2 khas Fariz berkumandang "Lo maen keyboard pada ribet bgt dah ah" begitu kira2 kata Eet sambil nyengir
“Lepas Kontrol” adalah nomor paling unik di album ini. Lirik
Indonesia yang diiring oleh irama berat swing, lalu berubah manjadi ragtime di
bridge lalu disko 50an di reffnya. Benar2 karya yang rumit
“Selamat datang Cinta” Fariz seperti pulang kampung ke
Indonesia. Dibantu ole Dorie Kalmas, lagu ini kembali ke nuansa2 Indo Pop ala2
Dodo Zakaria, Oddie agam ataupun Addie MS di jaman keemasannya. Tapi ketika kuping
sudah sampai ke lagu ini, hati sudah terlanjur mengganggap album ini adalah
album tercanggih pada masanya.
Lebih dari itu, lagu Fariz malah bisa dibilang lebih canggih
daripada masanya. Karena sampai saat ini ketika mendengarkan “Barcelona”
ataupun “Sakura” kita masih merasa bahwa lagu tersebut seperti datang dari masa
depan.
Fariz dan albumnya telah meletakkan blue print permusikan modern
Indonesia menjadi lebih kreatif dan bernyali.
4. Bintang Lima (2000) – Dewa 19
Apa jadinya apa bila puisi Kahlil Gibran dipadu dengan musiknya Queen? Jawabannya album super glamor “Bintang Lima” milik Dewa.
Berlebihan? Nggak dong. Malah masih kurang. Bintang Lima adalah
jawaban arogansi dari seorang Ahmad Dhani tetang kemampuan bandnya dalah hal
berkarya. Arogan dalam arti yang terbaik; percaya diri dan keyakinan teguh.
Ahmad Dhani adalah salah satu musisi jenius yang dimiki
Indonesia. Album “Terbaik Terbaik” adalah album terbaik Dewa bersama Ari Lasso.
Gw ingat antrian mengular di setiap toko kaset Aquarius Mahakam
ketika album itu keluar. Dan anak muda dengan bangganya memainkan “Cukup Siti
Nurbaya” di mobil mereka dengan volume maksimal di setiap sudut Blok M sampai
Kelapa Gading
Aquarius Mahakam yang sudah punah. Saksi mengularnya para Baladewa untuk membeli album "Bintang Lima" di area parkir. Dari Mahakam sampai Melawai
Kemudian ada “Pandawa Lima” adalah koleksi lagu yang terlalu
casual buat gw. Album ini terlalu overrated karena hype para baladewa. Sebagai
orang awam gw mendengar album ini seperti bukan dengerin Dewa. Nggak ada
rock2nya.
Mungkin masuknya Aksan Syuman, membuat Dewa kebanyakan ide dan
ego. Mengingat Aksan adalah seniman serba bisa. Pembabtisan Aksan mengantikan
Wawan di drum terlalu berlebihan. Singkatnya Aksan terlalu over qualified buat
Dewa kala itu.
Belum lagi masalah identitas yang masing ngambang, Ari Lasso
asik bernakoba ria, hinggaharus didepak dari Dewa. Dewa sudah habis.
Suatu hari di TV (anak nongkrong MTV uhuy) gw melihat video klip
yang seru bgt. Seorang vokalis solo berbaju all white, berjingkrakan seperti
Jamiroquai yang menyanyikan “Virtual Insanity” vokalnya keren bgt. Perpaduan
lincahnya Rod Stewart dan coolnya Sting, sayang genrenya gak cocok. Karena lagu
itu seperti lagu pop ekperimen yang terlalu pasaran. What a talent but also
what a waste. Dan vokalis itu bernama Elfonda yang menyanyikan single “Anggun”
Mas..mas..situ vokalis atau jagoan Final Fantasy sih? Kok keren amat?
Tidak lama berselang Elfonda pun resmi diangkat menjadi
vokalisnya Dewa, dan entah ini konspirasi atau emang udah naturnya, nama
Elfonda berubah menjadi Once.
Vokal Ari dan Once sangat bertolak belakang. Musuhan! Yang satu
adalah hard rocker sejati, yang satu lebih ke soulful southern rock, yang awalnya
gw ragu apa bisa ambil nada2 tinggi ala Ari Lasso. Waduh? Gw ingat2 lagi single
Once yang pernah gw denger. Kagak nyambung ah!
Namun disnilah kejeniusan Dhani. Ia mengubah cara penulisan
arasemen di DNA Dewa. Dewa bagaikan Mercy Boxer klasik dengan mesin BMW
X5. Segar, modern dan ditambah dengan gaya yang full glamor Dewa pun meraung
full speed di tol trans Jawa.
Dibuka dengan “Roman Picisan” yang sangat luar biasa puitis dan
dipenuhi oleh layer2 orkestrasi megah nan mantaf (yang mana akan terus
menghiasi seluruh album ini). Once pun membuktikan bahwa ia memang terlahir
buat Dewa.
Apalagi di nomor berikutnya “Dua Sejoli” Once memulai verse pertama dengan sangat slick, keren. Salah satu kelebihan Once dibanding Ari; Intrepertasi lagu yang luar biasa. Once dapat bernyanyi lebih seksi dan labih menohok ke dalam hati.
Ingat aja lirik “Hawa tercipta di dunia, untuk temani
sang sang Adam” Duile, nih lirik dan caranya Once menyanyikannya telah membuat
jutaan cewek risau karena betapa banyaknya cowok yang jadi pede untuk nembak
mereka. Lagu ini sukses membuat para cowok merasa level kegantengan mereka
naik beberapa tingkat.
Tiba saatnya untuk sebuah masterpiece di album ini “Risalah
Hati”. Ini adalah pekerjaan tingkat elit. Karya yang akan dikenang sampai kapan
pun. Lirik yang lirih dibalut dengan nada pasrah dan marah, menusuk hati siapa
pun yang mendengarnya. Belum lagi perubahan naik dan turun modulasi dan
penempatan tuplet2 tutti yang tegas didalam aransemennya yang membuat emosi pun
turun naik. Ditutup dengan bunyi flute yang hampa. Perfect! Yuk bunuh
diri..hahahaha Dan sekali kita menyebut judulnya: Risalah Hati. Briliant.
Dalam aransemen pun Dewa semakin dewasa. Dhani tetap bertidak
sebgai musik director. Drummer baru Tyo Nugros tampaknya lebih memilih
mengikuti arus saja, tapi gebukannya yang kalem terasa pas. Cukuplah untuk
lagu2 gaya gini. Dan sekalli lagi, gitaris favorit gw. Andra. Wow. Entah apa
yang merasuki Andra, permainan sangat matang. Permainan tidak hanya on off efek
gitar saja, namun musikalitasnya sudah benar2 senyawa dengan gear-nya.
Penggunana effect dipadu dengan skillnya membuat sound gitarnya terasa renyah dan kreatif.
Tidak bayak yang bisa gw katakana lagi tentang album ini selain
album yang sempurna mulai dari lirik (gw prefer menyebutnya syair atau puisi
karena begitu indahnya lirik2 di album ini) aransemen yang begitu casual dan
berkelas. Sebagai Album rock mungkin bisa disandingkan dengan album2nya Pink
Flyod. Walaupun sound dan irama Queen terdengar disana sini ,terutama di single
“Cemburu”, namun justru itu adalah keunggulan bukan kelemahan, sebagai fans
berat Queen jujur gw agak histeris mendengar nomor Cemburu ini. “Anjir, gilak,
sinting ah!” kira2 pikir gw kala itu.
Bintang Lima adalah salah satu jenis album yang tidak bosan2nya
kita dengarkan, dari awal sampai akhir, mulai lagi dari awal, terus begitu.
Pagi siang sore malam.
Album ini adalah racun!
3. ‘Kedua’ (1994) – KLa Project
Raja diraja dari penulisan lirik lagu tidak lain dan bukan tidak
bukan disandang oleh KLa Project. Titik.
Lirik mereka begitu puitis dan mesra bersembunyi dalam analogi2
yang bersahaja. Mendengar lirik Kla kita dipakasa untuk membuka kamus Bahasa
Indonesia, Jawa bahkan Sansekerta. Tanpa malu dan penuh gaya KLa mengantikan
kata sedih dengeh ‘nelangsa’ dan tanpa keberatan mengganti kata ‘jatuh cinta’
dengan bersusah payah menuliskan “Perahu yang lelah diam tak terkayuh kini
telah berlabuh di hatimu” duileee romantis ndeso. Dan mereka konsisten
melakukan itu pada tiap lagu yang mereka tulis.
Lilo Adi Katon Ari dimasa2 culun
Album pertama mereka sangat sukses dipasaran, Hits “Tentang
Kita”memberikan nuansa baru pop Indonesia saat itu, walaupun pattern dan
dinamikanya masih seragam dengan lagu pop Indonesia lainnya, namun lirik Kla
membuat orang penasaran
“Hari2 nan berdebu, bersama dirimu yakin kuhadapi. Sambil
merajut berdua anyaman benang angan yang kau tawarkan. Sekian lama ‘tuk
mengerti, dirimu jadi misteri yang kian terselami. Sekian jauh menilai, kadar
cinta tergali milikmu sejati”
Aih. Keren sekali. Klau tadi membahas liriknya Dhani bersama
Dewa, ketika disandangakan sama liriknya KLa jadi seperti gak ada apa2nya.
Namun di album ‘Kedua’ lah KLa menunjukan jati dirinya sebagai
band papan atas yang sangat sangat orisinil made in Indonesia
Belum apa2 album ini langsung dibuka dengan tempo seperti
langkah bunyi andong dan disusul dengan harmoni rhythm section yang indah
“Pulang ke kotamu ada setangkup haru dalam rindu” sampai disini saja sudah
cukup membuat siapapun yang pernah ke Jogja menangis. Lagu paling bersahaja yang pernah gw dengar.
Jogja adalah kota kesayangan semua orang. Bukan hanya kota
cinta, namun Jogja menawarkan kemesraan dalam atmosfirnya. Semua berjalan pelan
dan ramah di Jogja. Kota yang sangat berwibawa dan bersahaja. Dan KLa sukses
menuangkan semua nuansa Jogjakarta dalam lagu mereka. Seatinya Jogjakarta
adalah lagu cinta. Namun entah mengapa, semua orang merasa memiliki Jogja
seutuhnya lewat lagu ini, bahkan gw yang bukan orang jawa pun merasa ada
sebagaian Jogja didalam darah gw.
Semua yang digambarkan begitu tepat, musisi jalanan sampai
pedangangan makanan yang selalu menyapa di setiap sudut.
Sebuah karya terbaik di dunia. Sampai Sultan Hamengkubuwono IX
memberikan penghargaan kepada KLa untuk lagu ini
“Lagu Baru” membawa kita ke tingkat kesenangan terbaru. Disinlah
otak seorang keybordis mereka Adi Adrian teruji. Sebagi produser dan composer
lagu ini. Adi muda membutikan kemampunya dalam mengeksplore seluru ritme
sedehana menjadi komposisi utuh yang menyenangkan, bagian bridge yang berirama
melayu juga sangat ditata denngan brilian “Lupakanlaah problema, anggap saja
tiadaaaa..”
Di lagu ke-4 ada “Semoga” lagu patah hari sesedih sedihnya patah hati. Belum pernah lagi gw mendengar lagu patah hati sesedih ini selain “Over You” milik Ann Murray.
Vokal Katon Bagaskara dalam mengisi nomor ini begitu “nelongso” sekaligus megah. Liriknya sekan begitu mengambang dan menghantui seperti pikiran kusut dan hati gundah kita ketika sedang patah hati; membayang wajahnya, menyentuh bahkan merasakan hatinya yang sekarang sudah menghilang.
Orang yang sedang tidak patah hatipun akan dibuat miris sama lagu ini. Kebayangkan tahun 80an belum ada medsos, blm ada HP, gak ada tempat curhat. Patah hati sesegrukan aja di kamar sambil denger lagu ini dan gigit2 guling atau garuk2 dinding.
Mungkin album ini tidak sekeren albumnya Maliq dan tidak semewah
albumnya Dewa. Namun kesederhanaan yang membuat album ini begitu bersahaja.
Generasi 80an selayaknya bangga mempunyai album ini untuk mengisi kehidupan
remaja mereka.
2. Sore Tugu Pancoran (1985) – Iwan Fals
Iwan Fals adalah seorang musisi, legenda dan sekaligus pahlawan
Indonesia yang belum masuk buku sejarah. Iwan Fals SEHARUSNYA masuk buku
sejarah sebagai pahlawan nasional
Lagu2 Iwan Fals tidak melulu berbicara cinta, namun masalah
politik juga berani ia teriakkan, bahkan masalah sosial ia nyanyikan begitu
syahdu. Bila ada partai mengaku pro partai wong cililk, mereka harus belajar
dari seorang Iwan Fals
Lagu cinta Iwan adalah lagu cinta seorang lelaki jantan.Bukan
remaja banci yang mengiba2 mengemis cinta wanitanya. Iwan begitu jujur ketika
berfilosofi “Aku cinta kau hari ini, entah esok hari, entah lusa nanti” hati
cewek mana yang gak sedih dnger cowoknya ngomong gitu, tapi itulah Iwan, lebih
baik ia jujur dari pada harus gombal. Liriknya begitu polos, sederhana, jujur
dan bisa menjadi tajam bila ia marah akan sesuatu
Iwan dan Istri, anti gombal, anti boong, tapi juga anti romantis
Album “Swami” dan hits “Bento” serta “Bongkar” didalamnya yang
dengan lantang dan gagah perkasa ia nyanyikan untuk mengkritik pemerintahan
orde baru saat itu dipandang sebagai album yang sangat revolusioner. Bukan
karena teknik mixing atau genre lagunya. Tapi ya karena bisa merubah peta
perpolitikan negara saat itu
Betapa marahnya Cendana ketika Iwan Fals dan Sawung Djabo
berteriak “Bento” yang niscaya adalah kependekan dari “Benteng Suharto” ada
yang bilang ditunjukkan kepada anak2 Suharti, eh Suharto. Suharti mah ayam
goreng.
Bukan rahasia lagi apabila salah satu kejahatan rezim Suharto
adalah penyelenggaraan KKN besar2an. Inilah yang diserang Iwan. Seperti anak
macan ia meraung2 menghadapi si raja singa.
Hasilnya? Album tersebut ditarik peredaraanya oleh pemerintah.
Bahkan disekolah2 guru sudah seperti di dogma untuk mencuci otak muridnya bila
mendengarkan Bento adalah kejahatan. Tapi mau gimana lagi. Lagunya asik bgt
“Sebut nama ku tiga kali ; BENTO, BENTO, BENTO. ASIK!” telah terlanjur bergaung
dimana2.
Namun pilihan gw bukan jatuh kepada album “Swami” namun “Sore
Tugu Pancoran” album ini lebih menyentuh masalah soal Jakarta waktu itu.
Pedangang kecil, penggusuran, sampai janda muda ketuturanan Arab - Tionghoa si
cantik Tince Sukarti Binti Mahmud.
Album ini Jakarta bgt. Walaupun gw lahir di Bandung, tapi masa
kecil dan remaja nyokap gw dihabiskan di Kampung Bali Jakarta pusat pada tahun
60an. Disanalah rumah nenek gw dulu dimana gw dan sepupu2 gw sering nginap dan
Lebaran. Pergaulan gw dengan anak2 anak2 betawi, cina sampai india tanah abang
membuat album ini sangat istimewa di hati gw.
Dibuka dengan syahdu dengan lagu yang bejudul sama dengan albumnya. Menceritakan perjuanagn Si Budi Kecil berdagang koran edisi sore diantara jam2 sekolah dan PRnya. Meminjam liriknya, Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu. Suasana yg diciptakan dalam lagu ini begitu remang2, mengingakan kita akan waktu mahgrib di kota besar. Dimana orang baru selesai bekerja, Budi malang baru mulai bekerja memulai sisi lainnya sebagai pelajar di sore hari dekat Tugu Pancoran.
“Aku antarkan” adalah lagu cinta paling konyol sekaligus paling
jujur yang pernah gw dengar. Bercerita tentang seorang cowok dan cewek yang
meghabiskan waktu bersama selama seminggu (kerena itu lagu ini dikenal juga
dengan judul “Tak Terasa Seminggu”) dimana selama satu minggu itu mereka benar
memuaskan cinta dan birahinya di tempat sang cowok. Lagu yang merdu dengan
lirik sinting “Tak terasa seminggu rakus kulumat bibirmu. Tak bosan kau minta
aku” Udah lah jujur aja, kalian cewek2 juga suka dilumat bibirnya, begitu kira2
kata Iwan. Hahahaha. Yang anehnya lagu ini gak pernah dapat protes dari siapa2
waktu itu. Bahkan sampai sekarang. Kejujuran adalah segalanya bagi Iwan.
Di “Ujung Aspal Pondok Gede” Iwan Flash mencurahkan segala2nya
dalam lagu ini, hasilnya tidak percuma. Lagu ini sudah menjadi legenda.
Bercerita tentang kampunya Ujung Aspal di Pondok Gede, Bekasi. Dimana Kampung
yang asri dan harmoni itu harus menerima kenyataan akan adanya penggusuran oleh
pemerintah. Dan Iwan menyanyikannya dalam bentuk past tense, halah
Dulu aku lahir disini, besar disini. Di tanah moyangku. Dulu
Bapak punya kambing Sembilan dan motor ada tiga. Dulu aku dan teman2ku main
bola disini, disamping rumah pak lurah. Tapi sekarang semua sudah hilang,
diganti angkuhnya tembok pabrik karena serakahnya kota.
Sebuah lagu elegi terindah untuk kampung halaman yang sudah
musnah dan sahabat2nya yang sudah hilang entah kemana. Iwan bercerita tentang
kehilangan akarnya. Sedih sekaligus indah. Maha karya yang sempurna.
Itulah seorang Iwan Fals dengan album legendanya. Seorang pahlawan yang menyauarakan kegalauan hatinya pada siapa saja dengan lirik2 yang tajam dan tak gentar kepada siapapun.
Badai Pasti Berlalu Millenium (1999) – Chrisye
Bila dua orang sutradara dunia yang terkenal akan ketelitiannya
dalaam menggarap film sampai ke detail2nya, kita bisa menyebutkan dua nama
besar; Martin Scorse dan Francis Copolla
Andaikan, andaikan nih. Beliau berdua diminta untuk mendengarkan
mana dari semua album di Indonesia yang diproduksi secara detail, terperinci,
cermat dan penuh perhitungan jangan terkejut kalau jawabannya adalah Albumnya
Chrisye; Badai Pasti Berlalu Millenium
Lebay? Nggak ah. Pasti kok!
Tanpa mengecilkan album “kakak”nya : Badai Pasti Berlalau tahun
1977, album ini gw nilai lebih komplit dan berwarna
Di “Sutradarai” oleh seorang maestro Erwin Gutawa. Dan digawangi
banyak musisi hebat yang terlibat didalamnya, Seluruh lagu ditulis dengan
cermat dan diproduseri dengan hebat. Seluruh sound, komposisi, balance sampai
mastering terasa sempurna di telinga. Belum lagi membahas lagu nya satu persatu
Composer, aranger, music director, the freakin' beast!
Chrisye adalah vokalis yang unik dan istimewa. Suara tinggi nya
bukan memancarkan kemachoan ataupun kemarahan. Namun lebih seperti ayah kepada
anaknya, atau kakak kepada adiknya dan suami kepada istrinya. Suara Chrisnye
begitu welas asih dan bikin kangen
Album dibuka oleh petikan gitar Tohpati yang sangat melegenda,
disambut dengan biola Hendri Lamiri yang tak kalah syahdu, berkumandanglah
“Cintaku” kalau ada orang yang gak suka dengan lagu ini,mungkin agak gagal
otak. Dengarlah lagu ini bersama teman2 atau kerabat pas lagi kimpul2 arisan
lebaran, nongrong bareng, suasana pun akan semakin hangat. Lagu wajib seluruh
pecinta karaoke Lagu yang sangat berkarakter kuat. Punya musuh? Ajak nyanyi
bareng lagu ini. Dijamin baikkan pingky promises. Hebatnya lagu ini sejatinya
adalah lagu akustik, hanya bass dan sentuhan wah wah efek gitar saja yang
electrik, namun bisa bersuara begitu megah. Kebayang serunya memproduksi lagu
ini. Jangan lupa video klipnya juga seru bgt loh.Seluruh mega bintang 90an berkumpul dan bersilaturahmi demi menghormati sang legenda di video itu
“Semusim” adalah single kontemporer yang luar biasa epiknya.
Erwin dengan nekat menyatukan digital dengan alat musik tradisional. Lebih dari
itu ia mengundang seorang Diva keroncong Indonesia Waldjinah, yang mana
bernyanyi sangat brilian di single ini. Entah bagaimana caranya, Waldjinah
mampu menyanyikan nada diatonis diluar kebiasaanya menjadi sangat merdu dan
cantik tanpa terasa sok sok keibuan. Chrisye pun dengan arif bernyanyi tidak
mencolok untuk memberikan jalan kepada diva luar biasa ini.
Semua instrumen di lagu Semusim sebenarnya datang dari geografis
yang berbeda2, ada sitar India, dabu arab sampai seruling sunda. Semua
membentuk harmoni padu yang eksotik.Entah berapa biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi single ini.
“Merpati Putih” selalu menjadi idola gw sepanjang masa. Lagu
Eros Djarot ini benar2 membuat hati gundah gulana. Lirik maupun komposisinya
begitu hampa dalam kesedihan yang agung. Inilah yang membedakan seorang penulis
lagu dan seorang pujangga. Rasa dan cipta yang murni. Sangat tepat keputusan
Erwin Gutawa memasukkan kembali re-make lagu ini kedalam album Milenium.
Sudah sepatutnya generasi Z pada saat itu belajar bagaimana
senior2nya membuat lagu yang bisa membuat kesyahduan yang nikmat dalam tiap
hati pendengarnya
Beralih ke “Serasa” aduuhh lagu ini bagus sekali. Indonesia
sekali. Gw sampai sekarang bingung kenapa lagu ini tidak pernah dipakai untuk
mempromosikan Indonesia? Mungkin liriknya ttg cinta, tapi musiknya yang kolosal
bagaikan menggambarkan kekayaan negeri ini seutuhnya. Begitu dinamis gempita
Dan semua itu tentu ditutup oleh “Badai Pasti Berlalu” yang
dibuka oleh koor yang sangat mempesona. Lirik2 lirih legendaris itu pun pelan
namun pasti disenandungkan. Sekali beberapa alat musik tradisional ikut
terlibat, serta dihiasi backing vokal modern maupun etnik yang perkasa
dibelakangnya.
Dan semuanya diakhiri dengan misteriusnya bunyi taluang.
Sempurna.
Memang album ini berbau 90an bgt baik dari sound sampai tata
lagunya. Namun 90an memang adalah awal emas teknologi digital di Indonesia.
Lebih dari itu rasanya album ini juga didukung oleh puluhan musisi berbakat
ditambah dengan Erwin Gutawa sebagai pemimpinnya. Perpaduan musik daerah,
instrumen analog dan digital secara epik berorgi mesra dalam album ini.
Kesatuan kolosal tersebut kemudian mengawal seorang orang
legenda hidup untuk bernyanyi ditengah kerumanan talenta2 permusikan Indonesia
saat itu. Benar2 album abadi yang dapat menemani kita sampai kapanpun
Sepeti inilah harusnya semua album musik dibuat. Dan itulah
kenapa album ini menjadi nowor wahid!
Comments
Post a Comment